Review: Hunter Hunter (2020) - Realisme Brutal yang Menggigit Jari

 


Sinopsis dari film Hunter Hunter menceritakan mengenai sebuah keluarga kecil yang tinggal di dalam kabin di hutan. Joe (Devon Sawa) dan sang istri, Anne (Camille Sullivan) merupakan pemburu yang handal dan sudah terbiasa hidup di dalam hutan  dan menjadikan hasil buruan mereka sebagai mata pencaharian mereka. Sang Ibu yang merasa bahwa kehidupannya di kabin tidak lagi aman dan layak untuk putrinya, Renee (Summer H. Howell), mengusulkan untuk pindah dan membeli sebuah rumah namun Sang Ayah tidak menyetujuinya. Suatu hari seekor serigala mengancam nyawa  keluarga kecil tersebut, memaksa sang ayah untuk memburu serigala tersebut. Namun perburuan tersebut malah semakin menarik mereka ke dalam situasi yang mencekam.

Film Hunter Hunter ini sendiri sebenarnya sudah saya masukan ke dalam watchlist sejak beberapa bulan yang lalu. Pada akhirnya saya baru mengingat film ini dan sempat menonton sekarang-sekarang. Saya sendiri cukup menyayangkan diri saya karena lupa untuk menonton film ini, karena film ini sendiri digadang-gadang sebagai film horror yang bagus tahun lalu, menyedihkannya saya baru sempat menontonnya sekarang. Tapi lebih baik telat dibanding tidak sama sekali bukan?

Film Hunter Hunter ini disutradarai dan ditulis naskahnya oleh Shawn Linden, saya sendiri belum pernah mendengar namanya ataupun menononton film garapan beliau, sehingga saya tidak menaruh ekspetasi yang cukup besar untuk film ini meskipun film ini kerap mendapat ulasan atau review yang bagus. Hunter Hunter ini hadir sebagai film horror slowburn yang akan perlahan merayapkan kengeriannya ke dalam otak kalian. Kembali lagi, saat saya menemukan bahwa film ini merupakan film slowburn saya sendiri langsung sangat antusias untuk menonton film ini. Terlebih lagi saya tidak tau tema apa yang sebenarnya akan di suguhkan oleh Shawn Linden di film Hunter Hunter ini. Apakah akan penuh darah? Apakah akan berkaitan dengan hal supranatural? Atau akan mengambil tema alegori seperti film; The Dark and The Wicked atau Relic. Kita tidak diberitahu apa yang sebenarnya terjadi, kita hanya disuguhkan dua konflik di awal, yaitu seekor serigala yang mengancam nyawa keluarga tersebut dan konflik antara keinginan Sang Ibu dan Sang Ayah.

Nuansa kelam nan misteri pun selalu menyelimuti film Hunter Hunter ini, dan hal tersebut menambah kesan ‘terperangkap’ dalam filmnya. Karena film ini sendiri mengambil setting di dalam hutan yang jauh dari lingkungan perumahan dan cukup sulit untuk mencari bantuan. Bahkan, sinyal pun tidak ada dan mengharuskan tokoh utama menggunakan radio walkie-talkie untuk berkomunikasi jarak jauh. Hal inilah yang menjadi sebuah senjata utama dalam film ini, ketidakberdayaan sang karakter utama pun sangat ditonjolkan. Bagaimana Sang Ibu berusaha menjaga dirinya dan sang anak sementara sang Ayah sedang memburu serigala itu, bahkan serigalanya pun tidak tau dimana. Rasa ketakutan yang mencekik pun dengan jelasnya menyelimuti keluarga tersebut. Bagi saya sendiri ini adalah hal bagus untuk memfokuskan terror, Shawn Linden sendiri pun meski mengambil ruang terror yang cukup sempit namun masih berhasil untuk menyelipkan ketegangan dan misterinya. Perpindahan konflik yang terjadi pun terasa natural, sehingga tidak terasa ada kejanggalan atau hal yang mengganjal pada alurnya. 

Sedari babak awal hingga pertengahan, kita kerap diberikan keambiguitasan atas inti terror film ini, apakah sebenarnya serigala itu hanyalah metafora semata? Atau benar-benar serigala? Atau ada sesuatu lain yang mengancam? Film Hunter Hunter ini perlahan-lahan membuka inti terror yang mengancam nyawa keluarga kecil ini, tentunya dengan sebuah plot twist yang cukup mengejutkan. Penataan misteri yang hadir dalam film sendiri terbilang cukup rapih, sehingga kita tidak tau apa yang sebenarnya terjadi dan apakah keluarga ini akan baik-baik saja. Sehingga saat film ini mulai menyusuri bagian akhir, plot twistnya pun cukup berhasil. Meski jujur, saya sendiri seidikit demi sedikit bisa menebak apa yang sebenarnya tengah terjadi, pada babak akhir pun saat plot twist hendak dikeluarkan saya sudah tau apa plot twistnya. Ending dari film ini sendiri yang sangatlah brutal dan mengiris membuat saya syok. Karna tidak mengira endingnya begitu memilukan dan brutal. Dengan pace yang lambat dan misteri yang menyelimuti sebagian besar alurnya, ending yang brutal ini hadir sebagai gebrakan. Saya sendiri mengakui mendapati beberapa plot-hole yang hadir dalam film ini, membuat saya cukup bertanya-tanya akan hal tersebut, terlebih lagi hal itu cukup memiliki peran penting dalam alurnya. 

Tokoh Joe yang cukup membenci dan takut pada manusia pun menjadi sebuah pegangan penting atas alur dalam film ini. Terlebih lagi film ini berfokuskan pada tema Man vs. Nature yang mana akan cukup mengeksploitasi cara bertahan hidup manusia saat berada dalam posisisi yang mengancam nyawa mereka. Meskipun tidak terlihat secara gamblang, tokoh Joe yang nampaknya lebih memilih untuk berhadapan dengan binatang ketimbang manusia ini menjadi sebuah poin penting dari film ini. Kepintaran Joe dalam hal berburu dan bertahan hidup pun menjadi sorotan utama. Bahkan saat Joe berburu sendirian akan tersirat rasa khawatir pada tokoh ini, karena ditunjukkan pula bagaimana sang istri dan putrinya yang cukup bergantung pada Joe untuk bertahan hidup. Sebuah makna yang tak tertulis secara gamblang mengenai kebrutalan manusia akan tertunjukkan dalam film ini dan disuguhkan lewat teman Man Vs. Nature.

Realisme yang disuguhkan dalam film ini sendiri semakin membuat saya sebagai penonton terbawa dalam suasana film tersebut. Sedikit demi sedikit belajar cara memburu dan mencari jejak ala Joe saat berburu ataupun mengajari putrinya. Terkadang film horror mengambil hal supranatural atau hal yang belum pernah ditemui oleh manusia sebagai tema atau aspek dalam memberikan rasa takutnya. Film Hunter Hunter ini sendiri memberikan bagaimana cara bertahan hidup dan memburu dengan cukup nyata dan meyakinkan. Bahkan saya sendiri senang melihat Joe berburu dengan putrinya, dan saat ancaman tersebut datang saya ikut dibuat ketakutan. Karena ancaman tersebut tidak hanya akan terjadi pada Joe dan keluarganya semata, bisa saja ancaman tersebut terjadi pada siapapun yang tengah berkeliaran di alam liar. Aspek nyata yang kelam inilah menjadi sebuah poin besar bagi film ini, karena kengeriannya lebih terasa saat kita diperlihatkan posisi tokoh yang bisa saja itu adalah diri kita atau orang lain. Cara penyampaiannya pun bagus, dibantu dengan slowburn, membuat kita pelan-pelan memahami situasi keluarga kecil tersebut dalam durasi 93 menit.

Akting dari para pemainnya pun sangat mendukung nuansa film ini, sehingga mampu meyakinkan para penonton atas terrornya. Terutama akting dari Devon Sawa dan Camille Sullivan yang sukses membawa konflik mereka kepada penononton. Saya sendiri sampai cukup bersimpati pada karakter Anne yang berusaha mati-matian untuk melindungi  keluarga kecilnya itu. Scoring dari film Hunter Hunter pun minim dengan suara kencang, bahkan bisa dibilang cukup sunyi dan tenang, sehingga kita bisa merasakan suasana hutan yang tenang dan alami. Namun dengan scoring yang tenang ini, film Hunter Hunter masih bisa memberikan aura mencekamnya. 

Pada Akhirnya, film Hunter Hunter ini hadir dengan slowburn yang sangat baik, bahkan endingnya pun saya acungi dua jempol karena saya sendiri sangat puas atas ending brutalnya. Namun, alur dari film ini masih bisa ditebak oleh saya, dan bahkan plot twistnya yang seharusnya bisa maksimal mengejutkan saya, akhirnya sedikit pupus karena saya bisa menebak apa yang akan selanjutnya terjadi. Meskipun demikian, Film Hunter Hunter garapan Shawn Linden ini mampu memberikan terror yang sukses dan ketegangan yang terus menerus hadir sepanjang durasi berjalan.

Rating


75%

Komentar