Review: Resident Evil Infinite Darkness (2021)

 

Menceritakan mengenai Leon S. Kennedy (Nick Apostolides) yang ditugaskan untuk menyelidiki dalang dibalik terror yang dimulai pada gedung putih, dan penyebaran virus baru. Ia ditugaskan bersama dengan Jason (Ray Chase) dan Shen May (Jona Xiao) untuk berangkat menyelidiki dan mencegah wabah zombie yang akan terulang lagi. Namun hal tersebut tidaklah mudah, dengan banyak sekali kejanggalan dan misteri dibalik terror tersebut, ia dibantu juga oleh rekan lamanya –Claire Redfield (Stephanie Panisello) yang kini bekerja dengan TerraSave. Claire Redfield pun menyelidiki insiden yang terjadi di Panamstan yang ia yakini masih berkaitan dengan wabah zombie baru ini.

Saat mendapat kabar bahwa Netflix hendak membuat serial animasi Resident Evil, saya langsung girang bukan main. Karena saya sendiri merupakan penggemar berat Resident Evil, baik game ataupun film animasinya (saya tidak ingin mengingat live action mbak Milla Jovovich). Mengingat Film Animasi Resident Evil garapan Capcom ini sendiri bisa dibilang bagus dalam segi animasi ataupun ceritanya –meski Resident Evil Vendetta kurang bisa menyamai Degeneration dan Damnation, saat Resident Evil Infinite Darkness diumumkan sebagai serial animasi Netflix saya langsung menantikannya.

Kita akan kembali mengikuti perjalanan Leon S. Kennedy dalam menumpas bio-terorisme dalam Resident Infinite Darkness, dan timelinenya sendiri setelah Resident Evil 4, yaitu setelah Leon berhasil menyelamatkan sang putrid presiden. Leon ditemani oleh rekan lamanya Claire Redfield, yang mana akan cukup membuat nostalgia para penggemar Resident Evil, karena duo favorit kita akan kembali lagi dalam satu cerita. Resident Evil Infinite Darkness ini memiliki 4 episode, cukup menarik bukan? Namun yang membuat saya cukup terkejut adalah satu Episodenya memiliki durasi sekitar 20 menit. Wow cukup pendek. Serial ini dibuka dengan insiden yang terjadi di Panamstan, dimana konflik yang terjadi di Panamstan itu merupakan awal mula wabah zombie kembali terulang, dan akhirnya kita digiring untuk melihat bagaimana gedung putih diserang oleh zombie-zombie yang muncul secara misterius.

Resident Evil Infinite Darkness ini sendiri memiliki alur yang sebenarnya tidak jauh berbeda dibandingkan film ataupun game pendahulunya, yang mana adalah sebuah wabah zombie mematikan yang kembali hadir. Saya sendiri sebenarnya tidak memiliki masalah mengenai hal ini, toh memang tema Resident Evil seperti itu. Dari segi cerita sendiri Resident Evil Inifite Darkness memiliki pace yang cukup cepat, mengigat durasi perepisodenya hanyalah sekitar 26 menitan. Tentunya kita langsung dihadapkan pada aksi Leon memberantas virus dan zombie ini. Saya sendiri cukup menyukai alur yang dibawa oleh film ini, melihat bagaimana misteri demi misterinya dibangun sejak awal, terlebih lagi ada sebuah konspirasi besar-besaran dibalik kejadian bio-terorisme dalam alurnya. Tentunya dengan berbagai misteri dan konflik yang hadir, film ini akan menjadi menarik.

Terlebih lagi, film ini cukup bagus untuk tetap menyembunyikan misteri demi misteri yang hadir, membiarkan Leon untuk mengungkap apa yang tengah terjadi. Sementara itu, kita juga akan mengikuti sudut pandang Claire Redfield yang mencoba untuk memecahkan misteri dan konspirasi yang sembunyi terkubur di balik kejadian gedung putih dan Panamstan. Leon dan Claire pun memiliki teknik yang berbeda dalam mengungkap kebenaran yang ada, dan hal ini pun menjadi sisi menarik dari film ini Karena kita tidak akan semata-mata megikuti Leon di lapangan dan menghadapi zombie-zombie, kita akan mengikuti Claire juga yang mengungkap misteri yang lebih dalam pada insiden Panamstan. Pemecahan fokus yang hadir dalam serial ini pun bisa dibilang dibangun dengan cukup baik, kita akan mendapati porsi Claire dan Leon cukup setara, meskipun kita akan lebih sering mengikuti perjalanan Leon dibanding Claire. Namun porsi yang dihadirkan untuk kedua karakter utama kita bisa dibilang pas dan tidak berrat sebelah, Karena Claire memang ditempatkan untuk bekerja dibalik layar dan tidak lagi menggunakan senjata api untuk menyelesaikan masalahnya.

Dibalik alur yang terkontruksi dengan cukup baik, Serial ini masih terbilang buruk dalam pendalaman cerita. Dengan konflik menarik, film ini masih tdiak bisa menggali lebih dalam mengenai konflik tersebut. Padahal konflik yang hadir di Infinite Darkness ini bisa menjadi lebih dalam dan kompleks jika memang dieksekusi denga baik. Sayangnya potensi alur yang kompleks dan menarik tersebut terbuang sia-sia karena durasi. Serial ini memiliki empat episode yang mana hanya memiliki durasi 25-28 menit per-episodenya, yang mana jika ditotal hanyalah sekitar 107 menit dan sangatlah pendek untuk ukural serial. Jika saja durasi yang ada pada setiap episodenya lebih panjang, maka mungkin bisa menelusuri lebih dlaam mengenai konflik yang hadir. Serial ini pun malah lebih cocok untuk dijadikan film, mengingat durasinya pun cocok dengan durasi film kebanyakan.

Dengan alur yang sebenarnya kompleks dan durasi yang kurang, Resident Evil Infinite Darkness pun terasa hambar dan sangat dangkal. Bahkan Klimaks yang hadir dalam serial ini pun sangat lemah dan tidak spesial. Saat misteri demi misteri sudah mulai terungkap, serial ini langsung terjun bebas dan menjadi hambar. Padahal saya sendiri cukup menyukai episode 1-3 serial ini, namun memang saya akui eksekusinya kurang matang, sehingga kita kurang bisa mengenal Jason dan Shen May. Meskipun mereka sudah diceritakan bagaimana latar belakangnya, namun bagi saya, mereka sendiri kurang bisa semenarik Leon –yang mana sudah kita kenal sejak lama. Sosok Leon yang hadir pun nampak menutupi seluruh karakter Shen May dan Jason disini, karena kita sendiri tidak begitu mengenal mereka layaknya kita mengenal Leon. Sehingga kurangnya pendalaman Shen May dan Jason ini membuat mereka seperti karakter satu dimensi.

Jika dibandingkan para pendahulunya, Resident Evil Infinite Darkness lebih kental terhadap tema Espionage dibandingkan zombie. Kita tidak akan bertemu dengan zombie-zombie sebanyak film pendahulunya. Aksi yang hadir dalam film ini pun terbilang tidak cukup banyak dan bagi saya cukup mengecewakan karena saya sendiri kurang bisa mendapatkan ciri khas dari Resident Evil. Dengan singkatnya durasi pun membuat serial ini semakin seperti kumpulan cut-scene dari game. Grafik yang hadir pada serial ini bisa dibilang cukup bagus, namun bagi saya tidak sebagus ketiga film pendahulunya. Entah mengapa film ini terlihat sangat sangatlah gelap saat berada pada setting yang memang gelap, benar-benar gelap sampai saya sendiri kesulitan melihat apa yang sedang terjadi, dan hal tersebut sangatlah mengecewakan. Dengan grafik yang tidak sebagus pendahulunya dan latar pencahayaan yang terkadang sulit untuk mengetahui apa yang tengah terjadi, sangatlah tidak membantu serial ini.

Pada akhirnya, Resident Evil Infinite Darkness hadir sebagai pengisi kekosongan belaka. Dari Segi cerita sangat kurang penggalian, karakter-karakter yang hadir nampak seperti satu dimensi. Konflik yang seharusnya menjadi lebih menarik dan kompleks malah mengecewakan, karena durasi yang sangat singkat. Bahkan seharusnya film ini lebih pantas untuk dijadikan film saja ketimbag serial namun durasinya memang sangat singkat. Namun, saya sendiri masih bisa menikmati serial ini, hanya untuk bernostalgia ria terhadap duo favorit saya –Leon dan Claire.

Rating

45%

 





Komentar