Review: Anything For Jackson (2020)

 

Becker (Konstantina Mantelos) merupakan seorang wanita yang malang. Di tengah kehamilannya yang sudah besar, ia diculik oleh sepasang suami istri, Audrey (Sheila McCarthy) dan Henry (Julian Richings). Ternyata sepasang suami tersebut sudah mengincar Becker, dengan Henry yang bekerja sebagai dokter yang juga menangani kandungan Becker, membuat rencana pasangan tersebut semakin mudah. Mereka berencana untuk membangkitkan sang cucu dengan mengorbankan Becker dan bayi yang tengah ia kandung. Namun ternyata membangkitkan sang cucu tidak semudah yang mereka bayangkan. Kejadian demi kejadian mengerikan pun mulai menerror pasangan suami istri tersebut, Becker pun tak luput dari sasaran terror tersebut.

Meskipun saya sangat cinta dengan film horror, namun saya sangatlah jarang untuk menonton film yang bertemakan kultus atau sejenisnya. Entah mengapa saya kurang tertarik dengan tema tersebut, tapi saya tidak mengelak jika ditanya apakah pernah menonton film yang bertemakan kultus. Tentu saya pernah, namun saya menontonnya secara tidak sengaja. Film yang mengangkat tema kultus yang saya ingat adalah film Satanic, yang saya tidak ingin bahas lebih lanjut karna sangat mengecewakan. Anything for Jackson juga merupakan film yang tidak sengaja saya tonton saat nobar dengan teman. Saya hanya berpegang pada rating yang tertera di IMDB, saya sendiri tidak mencari lebih lanjut mengenai film ini. Hanya berharap bahwa film ini tidak akan seburuk film kultus yang sebelumnya saya tonton.

Layaknya film horror yang akhir-akhir ini saya tonton, film garapan Justin G. Dyck ini memiliki atmosfer kelam terlebih lagi pada suasana musim salju, menambah kelamnya atmosfer yang hadir dalam film ini. Saya cukup bahagia ketika mendapati bahwa film ini mempunyai atmosfer yang cukup kelam, apalagi ditambah opening yang cukup mencegangkan, seperti memberitahu bahwa film ini tidak akan semulus yang dibayangkan dan ternyata memang benar. Duo pasangan suami istri ini membuat saya menyadari beberapa film yang saya review sebelumnya mempunyai karakter lansia yang cukup vital, terlebih lagi pasangan lansia di film ini menjadi tokoh utama, sehingga kita akan mengikuti jejak kaki mereka yang ingin membangkitkan cucu tersayang.


Film ini dibuka dengan scene Becker yang diculik oleh Henry dan dibawa masuk paksa ke daalam rumahnya. Dari sini terlihat bahwa Henry dan Audrey sendiri bukanlah orang yang baik, meskipun di scene selanjutnya mereka nampak seperti orang yang baik, dikarenakan tingkah mereka kepada Becker tidaklah ‘kejam’ seperti menyiksanya atau hal kejam lainnya. Mereka langsung berterus terang mengenai niat mereka terhadapnya dan bahkan tidak ingin melukai Becker sama sekali. Saya sendiri tau bahwa bisa saja itu hanya kedok yang dipakai oleh pasangan itu agar tidak kesulitan untuk menangani Becker, namun saat di tengah perjalanan film ini saya sedikit menyadari bahwa mungkin saja mereka hanyalah pasangan yang dilanda duka atas meninggalnya sang cucu dan putrinya. Tidak cukup sulit untuk menaruh sedikit simpati pada pasangan ini, karena mereka sendiri berusaha untuk bahagia dengan cara apapun, meski harus mengorbankan rasa kemanusiaan mereka dan berujung mengorbankan wanita hamil dan bayi yang tengah dikandungnya.

Rasa kehilangan dan duka merupakan hal yang mendorong pasangan tersebut melakukan hal yang mengerikan, dan kedua hal tersebut menjadi sebuah kunci di film ini. Anything for Jackson benar-benar menggali kedua hal tersebut, menampilkannya lewat Henry dan Audrey. Bagaimana setiap langkah kaki yang mereka ambil demi mengembalikan sang cucu tercinta, mereka sendiri terkadang mempertanyakan tindakan mereka. Apakah mereka tega untuk mengorbankan seorang ibu hamil dan mengambil bayinya untuk dijadikan tubuh untuk sang cucu. Film ini sendiri termasuk slow-burn, rasa kehilangan dan duka yang digambarkan sepanjang film ini tidak terlihat secara gamblang, namun sepanjang durasi berjalan, kita merasakan dan melihat apa yang Henry dan Audrey rasakan. Kehilangan sang cucu dan putrinya akibat sebuah kecelakaan, kemudian kita perlahan memahami alasan tindakan Henry dan Audrey. Rasa duka dan kehilangan-lah yang telah membutakan dan merenggut rasa ‘kemanusiaan’ mereka. Mereka sendiri bahkan nampak siap untuk menerima setiap konsekuensi yang akan menimpa mereka karna ritual tersebut, hanya demi sang cucu tercinta.

Justin G. Dyck ditemani oleh sang penulis naskah Keith Cooper, menggambarkan dengan tepat dan jenius karakteristik dari pasangan Henry dan Audrey ini. Sebagai seorang lansia, tentunya mereka cukup kesulitan dan awkward untuk melakukan berbagai hal, terlebih lagi mereka ikut bergabung dengan sebuah kultus. Kita melihat tingkah laku mereka yang cukup lucu saat menangani setiap hal-hal yang berkaita dengan ritual yang hendak mereka lakukan. Seperti saat mereka membaca mantra atau berkomunikasi dengan sang korban, Becker. Dyck dan Cooper yang saya lihat karyanya bergenre drama atau komedi, benar-benar menangkap tingkah lucu pasangan ini di dalam sebuah film horror yang kelam. Terkadang selipan-selipan komedi terkesan awkward dan aneh di film horror, namun tidak dengan film ini. Saya sendiri cukup terhibur dengan tingkah kedua lansia ini, mereka terlihat natural dan tidak dilebih-lebihkan. Saat saya melihat mereka, saya merasa bahwa tingkah mereka cukup related dengan lansia pada umumnya. Mereka bukanlah sosok creepy yang biasanya film horror gambarkan mengenai orang-orang lansia. Namun mereka adalah sosok yang masih bisa diterima oleh kita, karna mereka bertingkah dan bereaksi seperti lansia pada umumnya.

Akting dari para aktor dan aktris yang hadir dalam film ini sangatlah bagus.  Sheila McCarthy  dan Julian Richings dengan sangat baik menggambarkan pasangan Audrey dan Henry yang nampak baik di luar namun sebenarnya jahat. Chemistry antara dua aktor/aktris ini sangat laha bagus, mereka nampak benar-benar seperti pasangan suami istri pada umumnya, konflik kecil satu sama lain dan tentunya terkadang mereka memarahi satu sama lain karna kelalaian mereka dan tetap ada untuk satu sama lain. Konstantina Mantelos sendiri sangat bagus dalam memerankan seorang ibu yang berada dalam situasi yang mengerikan. Penampilan McCarthy sendiri merupakan favorit saya, bahkan salah satu scene yang menyeramkan mampu ia bawakan dengan sangat baik, mampu membuat saya merinding dan ngilu melihatnya.

Jumpscare  yang hadir di film ini pun cukup efektif, meskipun beberapa kali saya tidak terkejut karna jumpscare yang ada di film ini. Namun semua scene yang mengerikan di film ini dirasa sukses untuk membuat  saya bergidik ngeri melihatnya. Ada beberapa scene yang juga membuat saya terkejut dan tidak menyangka hal itu terjadi. Biasanya jumpscare atau scene mengagetkan yang muncul secara tiba-tiba tanpa diduga sangatlah sulit disajikan dengan baik. Karena beberapa jumpscare/scene tersebut terkesan memaksakan dan tidak perlu. Namun hal tersebut tidak terjadi pada Anything For Jackson. Segala scene maupun jumpscare yang hadir secara tiba-tiba di sini sukses disajikan dengan mulus dan menambah kegilaan yang ada di dalam film. Bahkan sukses menggambarkan bahwa selama ini mereka membawa nereka ke permukaan, dan kita melihat kegilaan-kegilaan penuh darah tersebut hadir dengan ‘indah’. Terlebih lagi, segala kegilaan tersebut sudah dibangun perlahan sejak awal film, dan kemudian pada akhirnya meledak dengan cukup sukses di klimaks film ini. Penampakan-penampakan iblis atau monster di film ini cukup mengerikan dan memorable, terlebih lagi disajikan dengan scoring yang pas menambah kesan mengerikan setiap scene nya. Scoringnya bisa dibilang cukup dramatis namun tidak berlebihan, sehingga bagus untuk menggambarkan segala hal yang diluar nalar kita saksikan.

Pada akhirnya Anything For Jackson, mampu menggambarkan apa yang manusia mampu lakukan saat dibutakan oleh rasa duka dan kehilangan mendalam. Film ini juga mampu menunjukkan kengerian dari rasa duka dan kehilangan yang kemudian di sepanjang dirasi berjalan berubah menjadi rasa takut, penyesalan dan penyangkalan yang Henry dan Audrey rasakan. Segala konsekuensi yang mereka lakukanpun terwujud dengan begitu mengerikannya, dimana digambarkan bagaimana mereka tak sengaja membawa neraka ke permukaan dunia. Segala aspek kegilaan dan kengerian yang hadir di film ini pun begitu ‘indah’, membuat saya puas seusai menonton film ini. Tentunya dibumbui oleh berbagai twist  yang tak kalah mengejutkan, membuat film ini semakin indah.

Rating


90%

 

Komentar