Review: The Void (2016)





Sedari awal saya mencari tahu perihal film ini, sembari membaca beberaa ulasan pendek mengenainya. Saya langsung yakin bahwa this is a movie where you hate or love. Dan pada akhirnya saya sendiri memutuskan dengan tekad yang sangat kuat untuk menonton film ini. Berhubungan saya sendiri tidak pandang bulu soal genre horror apakah yang hadir dalam sebuah film, saya tidak berpikir panjang akan kemana saya dibawa oleh film bergenre cosmic horror ini. Saya sendiri memiliki pengalaman yang cukup menakjubkan setelah menonton film Baskin, yang mana membuat saya paham bahwa saya cukup menyukai genre tersebut. Dimana ada dunia lain selain dunia kita, dan ketakutan manusia terhadap apa yang mereka tak ketahui. That’s my favourite thing. Mengingat saya sendiri seorang penggemar berat H.P Lovecraft, saya tidak merasa asing dengan film ini. Namun, mungkin bagi sebagian orang akan merasa aneh dan bosan dengan film ini.

 Daniel (Aaron Poole) seorang polisi yang sedang berjaga, menemukan seorang pria yang terluka di luar hutan. Daniel lagsung membawa sang pria tersebut ke rumah sakit terdekat yang separuh rumah sakit tersebut terbakar dan sedang direnovasi. Namun siapa sangka niat Daniel untuk membantu pria tersebut malah berujung pada teror orang-orang berjubah putih dan yang paling mengerikan monster mengerikan yang muncul dan membunuh orang-orang dirumah sakit. Apa yang sebenarnya terjadi di rumah sakit tersebut?


Membawa kita untuk bernostalgia kemali pada practical effect yang mana sangat booming pada jamannya, apalagi era 80-an, dimana practical effect  yang bagi saya cukup memorable  adalah film The Thing (1982), dimana menyuguhkan kengerian lewat body horror dan alien-alien yang berwujud sangat menjijikan. Dengan film The Void ini, kita digiring kembali mengingat film-film era 80-an yang mana sedang santernya practical effect dan body horror. Saya sendiri mengerinyitkan dahi mengingat film ini adalah film yang hadir pada tahun 2016, namun mereka masih memakai practical effect. Dikatakan juga bahwa film ini terbilang low budget, namun saat saya melihat film ini, saya langsung menggelengkan kepala dan tidak yakin bahwa film ini adalah film low budget yang dimana dihasilkan dari crowdfunded.


Film ini memiliki pace yang cukup cepat dan tidak bertele-tele, cukup bagus bagi saya sendiri, karna saya tidak terlalu menyukai cerita yang bertele-tele apalagi sampai lupa tujuan utamanya. Namun pace yang cukup cepat ini menjadi salah satu kelemahan film ini, kita tidak diberikan waktu untuk mendalami karakter utama dan hubungannya dengan sang istri. Memang bisa dibilang cukup banyak karakter di film ini, dan dengan berbagai situasi yang mereka hadapi juga. Namun dengan kelemahan dlaam penceritaan, film ini sanga unggul untuk menampilkan berbagai sosok monster yang nampak seperti baru saja keluar dari nereka paling dasar. Saya sendiri cukup ngeri melihat penampakan monster bertentaken dengan wujud yang sangat sulit untuk dideskripsikan, namun itulah senjata utama dari film ini sendiri. Membawa neraka ke dunia manusia dan menjadikan manusia sebagai mainannya semata. Dan jangan lupakan beberapa anggota sekte yang memakai jubah putih dengan lambang segitiga di bagian wajahnya. Mereka memang tak banya gerak dan tak banyak ngomong, namun melihat kehadirannya saja saya sendiri sudah merinding. Kehadiran mereka pun menandakan bahwa ada sesuatu yang sangat berbahaya menanti nyawa mereka.

Sebenarnya kita sendiri bisa menebak kemana arah alur yang disuguhkan film ini. Dengan sekelompok orang yang tak berdaya, berusaha survive dari serangan monster-monster yang mengerikan dan sekelompok anggota sekte yang juga tak kalah membahayakan dari monsternya. Bahkan mungkin bagaimana endingnya berakhirpun bisa terlihat dengan jelas. Saya sendiri meskipun tahu bagaimana film ini akan menggiring saya, saya tetap duduk diam menikmati segala practical effect dan gore yang hadir di film ini. Bisa dibilang film ini cukup menjijikan, mengingat bagaimana sosok monster dan darah yang berceceran. Namun film ini tidaklah buruk. Meski saya sedikit bertanya-tanya perihal role dari setiap karakternya dan mengapa dalang dibalik seluruh monster ini si orang itu? Bahkan saya juga tidak begitu mengerti dengan motivasi sang antagonis utama dalam menghadirkan berbagai monster dari dimensi lain dan sebagainya itu. Entahlah, film ini melempar kita dengan berbagai unsur filosofis dan menjadikan film ini penuh dengan kepingan puzzle yang kita sendiri harus susun.

Penampilan dari para aktor dan aktrisnya pun tidaklah jelek. Dan saya sangat terbawa kedalam ketidakberdayaan mereka dlaam berupaya selamat dari seluruh hal-hal yang diluar nalar tersebut. Bahkan saya sendiri cukup menaruh simpati dengan beberapa karakter. Namun dialog yang cukup buruk dan penceritaan yang terkesan berantakan tak tahu arah membuat saya sendiri kebingungan untuk fokus pada karakter mana dan cerita mana? Bahkan kita dihadapkan dengan berbagai karakter yang mencoba menyelesaikan masalah mereka masing-masing, namun masalah utamanya seakan terkubur dan sedikit teralihkan oleh yang lain. 

Namun, saya rasa film ini tidaklah begitu peduli dengan jalan cerita yang akan disuguhkan. Karna mungkin tujuan utama film ini adalah membawa kita kembali bernostalgia ke film horror jaman dulu yang sangat indha dengan practical effectnya. Bahkan saya akui, setting yang hadir dalam film ini terkesan sangat creepy, bahkan keseluruhan film ini juga akan membuat kita merasa tidak nyaman, bingung dan takut, karna segala aspek ‘asing’ yang hadir. Dengan cahaya remang dan sosok monster yang menunggu diujung sana, membuat kita merasa was-was akan apa yang segera hadir di scene berikutnya. Bahkan settingnya pun cukup indah untuk menggambarkan ‘neraka’ yang hadir layaknya film Baskin. Ada satu scene dimana saya merasa sangat tidak nyaman dan merinding ketika melihatnya, sedikit mengingatkan saya juga pada game Silent Hill, namun mengingat Silent Hill juga mengangkat tema ‘neraka’ saya pun tidak heran dengan scene itu, apalagi set nya yang sangat mengerikan bagi saya. Dengan berbagai ‘mayat’ dengan rupa mengerikan yang kemudian perlahan hidup.

Ketegangan film ini pun tidak pernah padam. Setelah ketegangan yang satu, kita akan kembali disuguhkan oleh ketegangan yang lain. Menandakan bahwa mereka sama sekali tidak dalam posisi yang aman untuk beberapa detik pun. Bahkan monster-monster dan anggota sektenya pun hadir untuk terus menemani kita, adegan gore pun malah menambah kesan mengerikan film ini. Untuk sebuah film independen, film ini sangatlah menghibur dan tidak mengecewakan. Bahkan saya sendiri sangat puas dengan segala aspek yang hadir di film ini, dimana mata saya kembali dimanjakan oleh visual-visual mengerikan yang mungkin sekarang sudah sangat jarang ditemukan. Jika kita menonton film ini tanpa mempedulikan beberapa dialog bodoh dan plothole film ini, mungkin akan menjadi sebuah tontonan yang mengasyikkan. Mengingat film ini tak jauh berbeda dengan Baskin, saya sendiri tidak menuntut kelogisan film ini, karna film ini akan menyuruh kita menyatukan kepingan puzzle dan segala kemisteriusan film ini. 

Oh ya, CGI satu-satunya yang hadir di film ini hanyalah pada Ending film ini sendiri, yang mana endingnya pun mengharuskan saya untuk berpikir dengan sangat keras mengenai keseluruhan film ini. Dan film ini akan benar-benar membawa kita ke dunia lain yang sangat mengerikan.

Rating
65%


Komentar