- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Diposting oleh
Sam Michaelis
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Mungkin
film ini tidak jauh-jauh dari Teenage slasher movie, dimana para remaja diburu
oleh para pembunuh berdarah dingin yang tanpa ampun. Film garapan Scott Beck
dan Bryan Woods, yang mana mereka telah menoreh sebuah acungan jempol saat
mereka menulis untuk film A Quiet Place (2018) yang mana sangat sukses sebagai
film horror yang seram pada tahun itu. Mereka juga menggandeng Eli Roth, yang
sudah mempunyai nama baik dalam dunia film horror, sebagai produser mereka.
Saya sendiri yang awalnya tidak begitu yakin terhadap film ini, karna saya
berfikir film ini tidak akan jauh berbeda dengan film horror slasher terdahulu.
Namun dengan nama ketiga orang tersebut sebagai ‘dalang’ dibalik film ini, saya
menaruh ekspetasi yang tak begitu rendah dan menaruh sebuah harapan pada film
ini.
Film
ini sendiri mengambil latar waktu malam Halloween, memperkenalkan sang tokoh
utama bernama Harper (Katie Stevens) yang merupakan seorang gadis yang dihantui
oleh pacarnya yang abusive, dia sendiri bimbang antara memutuskan kekasihnya
itu atau tidak. Namun kawannya, Bailey (Lauryn Alisa McClain), menghiburnya
dengan cara mengajak Harper ikut pergi ke pesta di malam Halloween itu. Namun
siapa sangka rencana mereka untuk menghabiskan waktu malam Halloween dengan cara
bersenang-senang ke wahana rumah hantu yang terpencil malah berakhir menjadi
malapetaka?
Jalan
cerita dari film ini bisa dibilang sederhana, sekelompok remaja yang terjebak
tak bisa kemana-mana dan dihadapkan oleh sekelompok psikopat. Namun, mungkin kalian
bertanya-tanya “Apa sih yang berbeda dengan film yang lain?” Sebenarnya saya
sendiri tidak menemukan sebuah perbedaan besar dari film ini dengan film
slasher lainnya. Jalan ceritanya pun memang tak jauh beda. Namun, mungkin bagi
saya film ini menjadi sebuah hiburan yang cukup menyenangkan, karna film ini
seperti menggabungkan film SAW dan Halloween menjadi satu. Dengan sekelompok
remaja yang terjebak di dalam wahana rumah hantu, dan nyawa mereka ada di ujung
tanduk. Menggabungkan beberapa ‘permainan’ yang mematikan pula di dalam rumah
hantunya yang mungkin jika salah langkah akan membuat nyawa mereka melayang.
Cukup menarik bagi saya sendiri, mungkin menjadi siraman yang cukup menyegarkan
mata, setelah dahulu dikecewakan oleh Escape Room (2019) yang hampir sama
dengan film ini, namun bedanya film ini lebih berani gila dibandingkan Escape
Room yang tak berani menyuguhkan kesadisan dan kegilaan.
Tidak
ada yang lebih gila dibandigkan orang-orang yang memebuat wahana rumah hantu
demi melihat para remaja mati dengan sadis, dan film ini memang benar-benar
menaruh hal itu sebagai motivasi para pembunuh yang memakai topeng badut, setan
dan sebagainya. Awalnya saya sendiri mengira bahwa Wahana rumah hantu ini
memang normal, karna di luar sana memang sangat lumrah untuk menemukan wahana
rumah hantu yang cukup ekstrim sampai benar-benar menyuguhkan kegilaan yang
realistis, didukung oleh beberapa actor yang meyakinkan kegilaan rumah hantu
itu. Dan memang awalnya saya berfikir ini memanglah rumah hantu yang ektrim, namun
seiring durasi berjalan, saya menarik asumsi saya dan mulai semakin yakin bahwa
rumah hantu disini benar-benar gila. Mungkin banyak yang berpikir apa yang
spesial dari para pembunuhnya yang memakai topeng itu? Hooo… mungkin pepatah
‘jangan lihat buku dari covernya’ akan menjadi kata yang tepat, karna topeng
mengerikan di wajah mereka itu hanya menutupi kengerian wajah mereka, dan
sampai sekarang saya masih terbayag oleh wajahnya.
Para
karakter di film ini tidak bodoh layaknya karakter di film slasher kebanyakan.
Saya bisa mengatakan mereka tidaklah bodoh karna mereka cukup sadar atas
sesuatu yang tidak beres. Contohnya salah satu karakter menyadari bahwa ada
ruangan kaca dimana kacanya dua sisi, yang mana bisa dilihat dari sisi lainnya.
Bahkan mereka juga sadar untuk mengambil sebuah senjata yang digunakan untuk
melawan, meski pada akhirnya dibuang juga, tapi setidaknya mereka sadar bahwa
mereka dalam bahaya. Bahkan pertanyaan yang mereka utarakan pada sang ‘aktor’
(yang sebenarnya pembunuh), dan mereka menaruh curiga pada wahana rumah hantu
ini. Sang karakter utama, the final girl,
Harper tidaklah bodoh. Memang awalnya dia terlihat lemah dan tak berdaya dengan
traumanya yang kerap menghantui dia, ia mampu menjadi karakter yang sangat
disukai dan sangat kuat menjelang jalannya cerita. Ia mampu berkembang dan
menjadi sosok final girl yang tak
segan untuk menghabisi nyawa sang pembunuh, bahkan dia juga pandai dalam
menyelesaikan semua teka-teki di rumah hantunya, meski ia terluka beberapa kali
juga ia mampu kembali melawan. Bagi saya sendiri, karakter lain selain Harper
tidaklah begitu ‘bernyawa’ karna seperti hanya dijadikan pajangan dan
pendamping Harper dalam upayanya untu keluar dari rumah hantu itu. Namun, meski
mereka tidak mendapat porsi yang menjadikan mereka ‘bernyawa’ dan hanya
dijadikan karakter sampingan saja, setidaknya mereka tidaklah annoying, mereka masih bisa berpikir dan
tidak begitu ‘mati’ dan menjadi body
count yang sia-sia saja.
Scoring film ini tidaklah memekakan telinga, karna mampu
mengiringi ketegangan yang disuguhkan dalam film ini. Tidak ada jumpscare yang
dipaksakan juga, pembangunan atmosfer pun cukup baik di film ini. Mengingat ini
adalah film Slasher, film ini
benar-benar mampu untuk meyakinkan kita bahwa semua karakter ini tidak bisa
kemana-mana dan terperangkap dalam rumah hantu itu, menunggu nywa mereka
diambil satu persatu. Saya sendiri cukup puas dengan set wahana hantu yang lumayan sederhana namun cukup memuaskan mata
saya. Dibandingkan dengan Escape Room, yang memanjakan mata kita dengan
berbagai ruangan yang wah namun terasa jatuh. Film ini mampu membuat set yang
sederhana menjadi wah disepanjang durasi. Dengan adegan bunuh-bunuhan yang
terbilang sadis dan memuaskan, film ini mampu menjadikan setting yang sederhana
itu mengerikan. Tidak butuh set yang megah untuk menampilkan kesadisan, dan
tidak terlalu berlebihan pula.
Meski
film ini tidaklah buruk, namun saya kaui ada beberapa kelemahan yang ada dalam
film ini. Terlihat dari beberapa plot hole, dan beberapa pilihan ngaco yang
dilakukan oleh beberapa karakter (tapi banyaknya pilihan waras kok, tenang
saja). Menjelang pertengahan akhir, film ini terasa ingin cepat-cepat selesai
dan mengeksekusi semua badut-badut mengerikan itu. Bahkan ada salah satu
karakter yang mungkin dilupakan ke eksistensiannya, dan saya sendiri berpikir “Ngapain
sih dia kesana? Toh ujung-ujungnya bakalan mati, mana yang lain kagak notice
mayatnya lagi.” namun, film ini sangat menghibur saya jika tidak begitu
mempermasalahkan alurnya dan segala plot hole atau hal-hal yang membingungkan. Film
ini mampu menjadi wahana yang sangat mengasyikan, dan bagi saya film ini
sebagai obat untuk menyembuhkan kekecewaan saya pada film Escape Room. Dengan
alur yang cukup sederhana, film ini mampu menaruh dan menceritakan alurnya
tanpa bertele-tele, benar-benar menggambarkan bahwa ‘monster adalah nyata’. Dan
film ini ditutup dengan scene yang
sangat apik dan membuat saya tepuk tangan, bangga dengan penutup yang sangat
memuaskan itu.
Rating
65%
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Just an ordinary human who really loves anything labeled horror
Komentar
Posting Komentar