Review: Polaroid (2019)




Bird Fletcher (Kathryn Prescott) yang gemar memotret, mendapatkan sebuah kamera polaroid yang diberikan oleh kawannya, Tyler (Davi Santos). Namun, siapa sangka kamera polaroid tersebut ternyata menyimpan sebuah misteri kelam. Pssca kematian Tyler yang misterius, Bird dirundung kebingungan. Pada akhirnya ia menyadari, bahwa sesuatu yang jahat terpendam pada kamera polaroid tersebut, dan siapapun yang ia foto akan dalam bahaya.

Awal saya mendengar premis film ini, entah kenapa saya teringat dengan film Shutter, dimana sama-sama berfokus pada kamera. Namun, saya sendiri memilih untuk tidak terlalu memikirkannya. Film ini mengusung kamera mematikan, dimana ketika memotret seseorang, akan tampak sesosok bayangan yang akan mengambil nyawamu. Mengusung cerita yang Cukup unik dan menarik, dan hal itu sendiri membuat saya tertarik menonton film ini.

Film ini sendiri langsung diawali dengan pengenalan kamera polaroid berhantu tersebut, yang mana tentunya mengambil korban jiwa. Pada pembukaan yang cukup kuat, saya cukup berharap bahwa film Polaroid ini akan konsisten. Namun film Polaroid ini memiliki alur yang mudah ditebak, bahkan saya sendiri bisa menebak kapan jumpscare akan muncul dan bagaimana ke depannya. 

Alurnya yang mudah ditebak tersebut membuat film ini terasa begitu cepat, disertai jumpscare yang mediocore dan bisa ditebak hanya dengan mengandalkan musiknya, membuat film ini mungkin terasa sedikit hambar dan biasa saja. Plot twist yang disajikan seperti aga dipaksa, karena kita tiba-tiba diberi sebuah twist di dalam twist yang kemudian dibalut dengan twist. Cukup terdengar membingungkan, namun twistnya tidak terlalu bisa membuat sebuah gebrakan.


Namun, dibalik alur yang bisa ditebak, film ini dikemas dengan cukup baik untuk ukuran film horror, aktingnya, penampakan monster, dan atmosfer serta ketegangannya, semua dikemas dengan cukup baik dan rapih. Bahkan beberapa adegan pun cukup ampuh untuk menakuti kita dan memberikan ketegangan. Penampakan monsternya pun cukup efektif dalam hal menakut-nakuti, kemunculan monsternya pun cukup tepat disetiap momennya, dan hal tersebut tidak merusak momen-momen horror yang sudah dibangun.

Namun, pada pertengahan akhir, mungkin karena alurnya yang mudah ditebak dan cukup klise. Pada adegan klimaksnya tidak begitu berkesan, karena sepanjang film ini saya sudah bisa mengetahui akan bagaimana. Sehingga ketegangan yang disuguhkan pun tidak begitu berkesan dan terasa biasa saja. Mungkin bisa dikatakan bahwa Polaroid memiliki alur yang biasa saja, mudah ditebak dan dibumbui dengan klise di sana-sini.

Kelebihan film ini adalah menghibur untuk ditonton meski alurnya sudah bisa ditebak dan biasa saja. Dan pada akhirnya polaroid adalah film dimana mungkin setelah menonton kita akan lupa dengan apa yang sudah kita tonton, dan tidak akan rugi jika melewatkan film ini.

Rating
50%

Komentar