Review: The Possession of Hannah Grace (2018)





Menceritakan tentang Megan Reed (Shay Mitchell) yang baru saja keluar dari tempat rehab, ia bekerja pada sif malam di sebuah kamar mayat pada rumah sakit. Namun kejanggalan dan teror terjadi saat mayat Hannah Grace (Kirby Johnson) di bawa ke rumah sakit tersebut.

Sebenarnya saya sudah lama menonton film ini, sayang sekali mencari waktu untuk menulis review ini sangatlah sulit.  Akhirnya di tengah kesibukan saya kali ini, saya lumayan menyempatkan untuk menuliskan review ini.

Awal film ini muncul, semua orang langsung membicarakannya dan mencap film ini sebagai film terseram dan sebagainya. Banyak yang memberikan ulasan positif tentang film ini, tidak sedikit pula yang memberikan ulasan negatif, dan akhirnya kedua 'kubu' ulasan tersebut membuat saya berpikir untuk sesegera mungkin menonton film ini, untuk segera menentukan apakah film ini akan bagus atau tidak.

Di awal film kita langsung disuguhkan pengusiran roh dari tubuh Hannah Grace, scene awal film ini sudah cukup meyakinkan saya bahwa film ini akan menjadi menarik, namun bisa juga tidak. Setelah scene pengusiran roh tersebut, kita langsung digiring pada sang tokoh utama yang merupakan mantan polisi yang memiliki trauma, alasan itulah membuatnya berhenti menjadi seorang polisi. Film ini cukup memiliki karakter utama yang menarik, seorang mantan polisi yang bekerja pada sif malam kamar mayat, bagi saya cukup menarik, bahkan sang mantan polisi itu memiliki sebuah trauma.

Malam demi malam, kita digiring pada tempat kerja Megan yang sunyi dan mencekam. Sebenarnya lokasi Megan ( Shay Mitchell) bekerja pun sudah mencekam dan memberikan aura mengerikan. Lorong besar yang sunyi, dengan lampu berkedap-kedip sesekali, sudah memberikan aura mencekam dan teror. Shay Mitchell memerankan karakternya dengan baik, bahkan saat ia dalam bahaya pun, ia mampu menyuguhkan rasa takut dan ancaman yang sedang dialami oleh karakter yang ia perankan. Bahkan lewat karakter yang ia perankan, aura mencekam pun seperti tersalurkan pada penonton. Namun entah mengapa aura yang sudah dibuat mencekam itu selalu saja dirusak oleh suara jumpscare yang sangat besar dan kadang salah waktu.Sayang sekali, Cukup banyak suguhan Wrong Jumpscare di film ini, sehingga ketika ancaman sesungguhnya muncul, sudah terbiasa dan tidak begitu kaget.


Jujur saya sangat merasa ngeri dengan mayat Hannah Grace, seperti senjata utama untuk menakuti sudah sangat cocok dan pantas. Tubuh Hannah Grace dengan tangan kaki yang sudah tidak 'normal' kembali, dan luka-lukanya sudah cukup mengerikan. Bahan ketika pengambilan gambar pada mayat Hannah Grace pun cukup mengerikan, tidak senyum saja mengerikan apalagi saat tersenyum. Awalnya saya seperti sangat berharap bahwa Hannah Grace akan tetap menjadi 'musuh' yang mengerikan. Namun apa daya, semuanya seketika runtuh setelah disuguhkan CGI Hannah Grace.

Saya cukup kecewa saat Hannah Grace jalan-jalan riang mencari mangsa, mungkin akan tetap mengerikan jika Hannah tidak disuguhkan dengan CGI, entah mengapa sedikit mengingatkan saya sendiri pada Licker di Resident Evil saat ia merayap di dinding. Padahal sosok Hannah Grace itu sendiri sudah mengerikan. Kedatangan Hannah Grace pun sudah bisa ditebak dengan pola yang sama. Mangsa sendirian- jalan ngikutin sesuatu- Suara musik- jeng jeng muncul Hannah Grace. Jangan lupakan musik keras yang lebih mengagetkan dibandingkan Hannah Gracenya sendiri.

Paruh awal film ini yang seperti sudah menjanjikan kengerian, seperti runtuh begitu saja saat akan mencapai pertengahan. Terror yang telah dibangun dari suasana Kamar mayat dan rumah sakitnya seperti dilupakan begitu saja, Hannah Grace seperti tiba-tiba datang dan melupakan atmosfer sunyi di rumah sakit. Bahkan entah mengapa semuanya seperti terburu-buru. Saat perkelahian 'memperebutkan' mayat Hannah Grace pun seperti terlalu dipaksakan, dan entah mengapa seperti terlalu cepat untuk menuju eksekusi terrornya sendiri. Kedatangan Hannah yang seharusnya menambah kesan mencekam dan menyeramkan, seperti terbuang sia-sia.

Rasa cepat untuk mengakhiri film ini pun terlihat saat akan 'menghabisi' Hannah Grace. Megan yang bersikap berani tidak berani dan kebingungan, berusaha untuk menghentikan terror Hannah Grace. Pengeksekusian yang terbilang cepat ini tidak meninggalkan kesan apapun pada film ini. Terror nya pun terlupakan dengan mudah, bahkan saya sendiri lebih senang Hannah yang tetap menjadi mayat daripada mencari mangsa dengan sentuhan CGI yang merusak. Cara ia 'memangsa' pun terlihat biasa saja tidak begitu menyeramkan atau bisa dibilang tidak menyeramkan. Pada akhirnya ketika film ini selesai, saya hanya bisa berkata "Oh Selesai toh."


 Overall, film ini tidak sebagus dan semenyeramkan yang dibilang, terror Hannah grace lebih mencekam saat ia tetap menjadi mayat daripada berjalan mondar-mandir mencari mangsa. Penggunaan suara keras yang terlalu sering untuk Jumpscare merusak Suasana mencekam yang sudah dibangun, pengeksekusian Hannah Grace pun terbilang terlalu cepat dan biasa saja. Yang menyermkan dari film hanyalah Aura dari kamar mayat dan Mayat Hannah Grace yang tetap menjadi mayat.

Rating
40%

Komentar