Review: Sleepaway Camp (1983)


"If she were any quieter, she'd be dead!"


Sleepaway Camp diawali dengan scene seorang ayah dan anak yang terlindas kapal boat.  Angela merupakan satu-satunya orang yang selamat dalam peristiwa itu, saudara dan ayahnya tewas ditempat. Beranjak remaja, Angela dan sepupunya yang bernama Ricky akan mengikuti summer camp pertama mereka.  Sesampainya disana, Angela menjadi korban bully oleh teman-temannya, bahkan oleh konselornya sendiri yang bernama Meg.Ricky selalu membantu dan melindungi Angela saat dia diganggu. Kejadian aneh pun mulai terjadi, satu per satu korban tewas bermunculan. Mereka yang tewas terbunuh adalah orang-orang yang menggangu Angela. Siapakah dalang dari semua ini? Apakah Angela? Gadis yang tak berdaya dan tak mampu melawan ketika dibully. Atau Ricky? Sepupunya yang selalu melindungi Angela. Atau justru Paul? Teman Ricky yang yang diam-diam menyukai Angela. Atau ada sosok lain yang tak senang melihat Angela selalu menjadi korban bully?


 Ya, film horror slasher dari tahun dimana aku sendiri belum lahir. Entah udah berapa kali aku denger judul dari film ini dan film ini juga masuk ke list film horror dengan ending yang mengerikan. antara nyesel juga sih aku udah tau endingnya duluan sebelum nonton filmnya, karena memang yang paling bagus di film ini adalah endingnya.

Untuk sebuah film slasher, sebenernya film ini tidak ada sesuatu yang mewah ketika dalam hal bunuh membunuhnya, karena toh membunuhnya juga dengan cara yang cukup simpel. entah di tenggelamkan atau di bri lebah. Tapi, tetap ada gorenya juga sih dan cukup bgus gorenya. Alurnya pun sebenarnya cukup simpel, mengikuti Angela dan Ricky yang mengikuti perkemahan musim panas dan ternyata ada pembunuhnya disana.

sayangnya, aktingnya di film ini bisa di bilang kurang. Entah karena film ini termasuk film jaman dulu yang memang mungkin aktingnya seperti itu atau entahlah. Film ini pun mungkin cukup cheesy dan bisa di tebak mana karakter yang menjadi hero dan super duper menyebalkan yang akan segera mati. Tapi, meski super cheesy dan klise. Film ini sebenarnya cukup pandai dalam membuka sedikit demi sedikit twist yang ada dii filmnya.

Saya sendiri sebenarnya sangat menyukai karakter angela, meski dia terbilang pendiam dan misterius. dia cukup manis. Apa lagi kisah cintanya dengan Paul yang sepertinya malu-malu kucing pun bikin bumbu-bumbu penyedap di film ini agar tidak terlalu terfokus dengan pembunuhannya.
Sebenarnya di paruh awal saya sendiri sudah bisa tahu siapa pembununya, karena menurut saya terlalu jelas sekali mengarah ke karakter tersebut. tapi, saya pun sellau meyakinkan diri sendiri kalau si karakter yang saya curigai bukanlah sang pembunuh, tapi tetap saja dugaan saya benar tentang si pembunuh. Mungkin itulah salah satu kelemahan di film ini yang membuat si pembunuh terlalu jelas siapa.

Tapi, karena pembunuhnya sudah jelas siapa. Kini yang paling mengejutkan adalah wujud asli si pembunuhnya yang membuat saya cukup cengo. Dan memang di ungkpkan di akhir film ini wujud asli si pembunuh dan mengapa dia isa begitu pun di ceritakan di akhir. Dan sebenarnya itulah sebuah twist gila dan terbaik di film ini. Dengan musik yang cukup mengerikan dan wajahnya disorot, menjadi sebuah penutup yang baik.


Sebenarnya disini ada jumpscare tapi enggak terlalu mengejutkan, dan bahkan ketika adegan bunuh-bunuhannya pun memakai musik yang tidak terlalu keras sehingga kita masih bisa menikmati kekejaman ketika si villain membunuh para karakter dengan asiknya. Darah di film ini pun tidak sampai banjir darah, bahkan sebenarnya bisa dibilang cukup minim darah meski masih ada darah juga. Dan entahlah, aku pun masih kurang senang dengan akting di film ini.

Overall... film ini merupakan film slasher klasik yang cukup cheesy namun di baliknya ada bumbu penyedap yang sangat super. Bagaikan resep krabby patty namun ada resep lagi di balik itu yang membuat resepnya sangat nikmat. Dan ... ku sarankan jangan tau dulu tentang ending di film ini. Karena sebuah twist besar ada disana seperti yang ku bilang.

The Ranting is
75%

Komentar