Review: Meander (2021)

 


Lisa (Gaia Weiss) terbangun di sebuah terowongan sempit misterius. Ia tidak tau bagaimana bisa berada di dalam terowongan dan siapa yang membawanya ke dalam sana. Terowongan tersebut pun cukup sempit seperti ventilasi. Tak hanya itu, di pergelangan tangannya pun terdapat sebuah timer yang menghitung mundur. Lisa pun mau tak mau merangkat menelusuri terowongan sempit tersebut, tak dikira terowongan tersebut sangat mematikan, dipenuhi oleh beragam jebakan tak terduga. Mampukah Lisa selamat dan keluar dari terowongan mematikan tersebut?

Saya sendiri tidak menaruh harapan apapun terjadap film ini saat ingin menontonnya. Saat membaca premisnya pun film ini mengingatkan saya kepada film SAW dan Cube, yang sama-sama memiliki premis ‘orang-orang yang terjebak dalam situasi mematikan penuh jebakan’. Sehingga saya sendiri sudah memiliki bayangan bahwa film ini mungkin saja tidak akan terlalu berbeda dengan kedua franchise tersebut. Namun, yang membuat film ini berbeda adalah, film ini mengambil setting tempat disebuah terowongan yang hanya sebesar ventilasi udara saja. Tentunya premis yang mungkin sudah mainstream tersebut menjadi cukup menarik dan saya sendiri ingin melihta jebakan-jebakan mematikan apa saja yang akan dilalui oleh Lisa, sang karakter utama yang akan kita ikuti perjalanannya.

Film ini sendiri dibuka dengan Lisa (Gaia Weiss) yang tengah berbaring di tengah-tengah jalan, yang mana saya sendiri berasumsi bahwa ia hendak bunuh diri. Ia bertemu dengan Adam (Peter FranzĂ©n) yang tengah berkendara. Adam menawarkan Lisa tumpangan, awalnya Lisa menolak namun ia kembali mempertimbangkan tawaran tersebut, akhirnya ia ikut dengan Adam. Pembuka inilah yang menjadi sebuah pengantar bagi Lisa ke dalam perjalanannya yang mematikan. Film garapan Mathieu Turi ini tidak membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membawa kita ke tujuan sebenarnya yang hendak ditampilkan oleh film ini. Bagi saya sendiri hal tersebut tidak terlalu mengejutkan bagi saya. Dilihat drai Premisnya sendiri, film ini memang cocok dengan pace yang cukup cepat, sehingga pembukaan film yang cukup cepat itu membuta film ini semakin padat. Terlebih lagi, mengingat film ini akan sangat bergantung pada unsur suspense, yang mana bisa rusak dengan mudahnya jika salah penempatan waktu/timing.

Meander sendiri tidak repot-repot menjelaskan bagaimana Lisa bisa berakhir di tempat tersebut, Mathieu Turi sendiri sudah tau apa yang hendak ia lakukan demi membuat para penonton tetap duduk di kursi dan menikmati film ini. Nuansa yang penuh dengan keputusasaan pun cukup menyelimuti film ini, dengan Lisa yang memang tidak tau mengapa ia bisa berada di terowongan tersebut, bahkan ia pun tak tau tempat apa itu. Rasa putus asa dan terbatasnya ruang gerak, menjadi suatu kombinasi yang sangat pas untuk film ini, ditambah lagi ketakutan akan ketidaktahuan yang benar-benar mengekor sepanjang perjalanan Lisa. Lisa tidak akan tau apa yang ada di ujung terowongan, apa yang akan terjadi padanya sepanjang dirinya merangkak menelusuri terowongan.

Keterbatasan mungkin bisa dikatakan sebagai senjata utama Mathieu Turi untuk memberikan sebuah rasa takut pada para penonton. Lisa tidak memiliki ruang gerak yang luas, ia tidak bisa lari dengan mudah saat ia mendapati jebakan-jebakan mematikan tersebut mengancam nyawanya. Keterbatasan ini hadir sebagai senjata mematikan Mathieu Turi dan berhasil membuat para penonton berharap Lisa baik-baik saja. Film ini sendiri akan terus menerus berfokus pada Lisa, kita tidak akan mendapati banyak karakter dalam film ini, bahkan hampir seluruh durasi, kita akan terus menerus mengikuti Lisa yang merangkak dan terus merangkak untuk mencaritahu tempat mematikan apa ini. Bagi beberapa orang mungkin film ini akan terasa cukup membosankan, karena kita hanya disuguhi satu karakter dan minim dialog. Kita akan lebih condong disuguhkan perjuangan Lisa menghindari jebakan demi jebakan dan berusaha mencari jalan keluar. Terlebih lagi, film ini cukup repetitif, dengan terowongan yang hampir seluruh tampilannya sama dan kita hanya mengikuti Lisa yang merangkak maju, mundur atau berbelok. Untungnya, untuk mengurangi kesan repetitif ini, film ini menghadirkan beragam jebakan yang datang tiba-tiba.

Film alegori tidaklah asing bagi saya, seperti film Relic atau The Dark and The Wicked yang sama-sama mengambil tema keluarga dan menyusupkan alegori tersebut ke dalamnya dan tentunya menjadi unsur horror yang hadir. Meander sendiri hadir sebagai film Alegori yang nampaknya cukup gamblang, saya sendiri cukup bisa menebak apa yang sebenarnya dihadapi oleh Lisa dan Alegori apa yang disuguhkan oleh Mathieu Turi selaku sutradara dan penulis skenario ini. Meander tidak malu-malu untuk menampilkan alegori yang sebenarnya tertutup dibalik Lisa dan situasinya. Alegori yang muncul cukup gamblang dan mudah ditebak ini sebenarnya cukup membuat saya kecewa, karena saya biasa menebak-nebak alegori apa yang hadir, namun Mathieu Turi memutuskan untuk menunjukkannya. Perjalanan menuju akhirat sangatlah terbaca dengan jelas pada film Meander ini, dan alegori yang dihadirkan lewat Lisa dan situasinya adalah bagaimana perjalanan Lisa menuju akhirat dan apakah dia berhasil.

Meskipun Alegori yang dihadirkan cukup gamblang, hal tersebut tidaklah menjadi sebuah nilai minus yang sangat bear bagi film ini. Kita sudah tau apa tujuan film ini, apa yang ingin disampaikan film ini lewat perjalanan Lisa. Namun, kita sendiri tidak tau apakah Lisa akan berhasil atau tidak, terlebih lagi jebakan-jebakan yang hadir sangatlah mematikan dan dengan ruang gerak yang sangatlah terbatas, akan sangat sulit bagi Lisa untuk menyelamatkan diri. Dengan sinematografi yang sangat bagus dan tepat dari Alain Duplantier, membuat film ini hadir lebih menegangkan, karena kita sebagai penonton ditempatkan pada kursi yang sama dengan Lisa. Kita tidak tau apa yang akan Lisa hadapi di depan, kita juga melihat terowongan ini sama dengan bagaimana Lisa melihatnya. Penonton pun ikut merasakan batasan-batasan yang dihadapi Lisa ini, dan saat Lisa merangkak dengan sangat cepat demi menyelamatkan diri, kita akan merasakan perjuang Lisa yang penuh ketegangan. Dibantu pula dengan scoring yang benar-benar memupuk ketegangan yang hadir dalam film ini. Mengingat film ini sendiri berpegang pada suspense dan atmosfer yang hadir, untungnya sinematografi dan scoring yang hadir mampu melengkapi satu sama lain. Film ini juga tidak malu untuk menampilkan gore dan monster yang cukup mengerikan, kita akan bertemu dengan mayat-mayat dengan kondisi yang mengenaskan di lorong yang sempit tersebut.

Gaia Weiss yang memainkan peran Lisa pun berakting dengan sangat baik, mengingat kita akan terus menerus mengikuti Lisa sepanjang film tentunya membutuhkan sosok aktor/aktris yang mampu membuat kita tetap duduk di kursi penonton. Beruntungnya, Gaia Weiss tampil dengan sangat baik, ia mampu menyalurkan emosi yang Lisa rasakan kepada para penonton. Terror yang hadir menyelimuti Lisa, rasa takut yang dia rasakan pun tergambar dengan sangat baik, sehingga kita akan cukup mudah untuk berempati pada sosok Lisa. Emosi demi emosi yang ditunjukkan oleh Gaia Weiss pun berhasil disalurkan kepada penonton dengan baik, membuat kita berharap Lisa akan berakhir dengan akhir yang baik dan mampu keluar dengan selamat dari terowongan penuh bahaya tersebut.

Pada akhirnya Mathieu Turi berhasil mengeksekusi Meander dengan sangat baik. Pace yang tepat membuat ketegangan yang hadir pada film ini bergulir dengan natural. Sinematografi yang sangat indah pun mendukung suspense yang dihadirkan oleh film ini, menampilkan dengan baik rasa kesendirian dan keputusasaan yang dihadapi oleh Lisa sepanjang film. Keterbatasan yang dijadikan sebagaisenjata utama dalam film ini pun bekerja dengan sangat baik, Lisa yang dihadapkan dengan segala keterbatasan gerak, pengetahuan, dan banyak lagi, hadir dengan sangat baik di film ini. Tentunya saya sendiri merasa bahwa film ini tidak akan berhasil tanpa penampilan yang sangat memuaskan dari Gaia Weiss, hadir sebagai Lisa dan mampu memberikan ikatan emosi kepada para penonton dan membuat para penonton berharap bahwa ia berhasil keluar dari terowongan dengan selamat. Meskipun begitu, saya sendiri cukup kecewa dengan alegori yang cukup gamblang yang dihadirkan film ini, jika saja opening film ini dibuka dengan sosok Lisa yang langsung terbangun di terowongan tersebut, mungkin akan lebih baik. Namun secara keseluruhan, alegori yang hadir secara gamblang tersebut tidak merusak esensi keseluruhan film ini.

Rating


85%


Komentar