Review: The Superdeep (2021)

 


Anya (Milena Radulovic) merupakan seorang peneliti dibidang Epidemilogi, ditugaskan untuk meneliti sebuah situs pengeboran di bawah bumi, yang mana dikatakan sesuatu buruk telah terjadi di bawah sana dan nyawa banyak orang terancam. Anya pun beserta timnya turun ke dalam situs tersebut untuk mencari tau apa yang sebenarnya terjadi dan apa rahasia yang terkubur di dalam situs rahasia tersebut. Namun, yang mereka temukan ternyata bukanlah hal sepele, sebuah ancaman besar telah menanti mereka di bawah. Pada akhirnya nyawa manusia pun berada ditangan Anya dan timnya.

Saat mendapatkan berita mengenai akan ada film horror dari Rusia yang tayang pada bulan ini, saya langsung menanti kehadirannya. Sangat penasaran akan apa yang disuguhkan oleh film tersebut, mengingat saya cukup puas dengan film Sputnik (2020) yang rilis tahun lalu. Terlebih lagi, saat saya mengetahui bahwa film yang akan tayang ini sama mengusung genre Sci-fi Horror, membuat saya sedikit optimis akan film ini, tentunya saya melihat film Sci-fi Horror asal Rusia sebelumnya yang sudah membuat saya puas. Pada akhirnya saat The Superdeep tayang, saya langsung menontonnya.

Film ini dibuka dengan perkenalan tokoh utama kita, sang heroine kita, Anya (Milena Radulovic) yang mana tengah menyuntikan sebuah vaksin ke rekannya, namun vaksin tersebut gagal. Hal itu membuat Anya sedih dan cukup terpukul. Namun pada malam tahun baru, Anya pun diberikan sebuah tugas yang mengharuskannya turun dan kembali meneliti mengenai wabah yang terjadi di sebuah situs pengeboran di bawah tanah. Anya yang tentunya masih mencoba untuk move-on dari traumanya dahulu, mau tidak mau harus turun dan melakukan pekerjaannya.

The Superdeep ini sendiri memiliki premis yang cukup menarik, sebuah wabah misterius yang terjadi disebuah pertambangan di bawah permukaan bumi, membuat kita membayangkan betapa mengerikannya terjebak di dalam situs tersebut yang mana tidak memiliki tempat untuk kabur dengan mudahnya. Tentunya terror di tempat yang memiliki limitasi menjadi sebuah hal yang bagus untuk menempatkan tensi atau ketegangan, ambil saja contohnya Underwater (2020) yang sama-sama mengusung tema dimana sang tokoh utama tidak memiliki ruang gerak yang leluasa karna berada di bawah laut, namun The Superdeep kali ini menjadikan situs pengeboran di bawah permukaan bumi sebagai tempat menyebarkan terrornya.

Film ini memiliki durasi 1 jam 55 menit, yang mana membuat saya membayangkan sehebat dan semengerikan apa terror yang disajikan oleh Arseny Syuhin dalam film garapannya ini, mengingat film ini hampir memiliki durasi 2 jam. The Superdeep ini sendiri memiliki pace yang cukup lambat di awal, mungkin dilakukan untuk memastikan kita mengenal para karakternya dengan baik, meskipun pada akhirnya saya hanya hafal dengan Anya seorang karna lebih sering ditonjolkan dalam film ini. Di babak awal sendiri, kita akan melihat bagaimana perjalanan Anya dan timnya menuju ke tempat pengeboran Kola Superdeep dan kita melihat konflik mereka dengan Grigoriev yang mengakibatkan kekacauan terjadi dalam misi mereka. Perselisihan antara Anya dan timnya dengan Grigoriev inilah yang menjadi salah satu akar permasalahan dalam film ini, dan dari konflik tersebut kita akan turun dan terus turun menjalari berbagai terror yang diberikan.

Entah mengapa, sangat disayangkan sekali, narasi yang diberikan oleh hampir seluruh karakter di film ini sangatlah canggung. Entah apakah karna film ini di dubbing menggunakan bahasa inggris, atau emang pada dasarnya segala dialog yang terlontar antar karakternya sudah kaku sejak awal. Karena, jika saja saya tidak fokus atau berfikir sedikit pada dialog yang dilontarkan, saya tidak akan menyadari apa yang terjadi antara Anya dan Grigoriev, dan alasan Grigoriev melakukan tindakannya. Beberapa dialog pun terkesan receh dan tidak masuk akal, seperti saat seorang peneliti bertanya apa bedanya epidemilogi dengan mikrobiologi, yang mana seorang peneliti seharusnya memahami perbedaannya, berbeda jika dialog tersebut dilontarkan oleh anggota militer dari tim Anya, yang mana akan lebih masuk akal karena ketidaktahuannya. Namun dialog lucu ini malah dilontarkan oleh seorang peneliti yang mana seharusnya sudah menguasai bidangnya, terlebih lagi dia ikut bekerja dengan Grigoriev dan langsung berhubungan dengan apa yang terjadi di pengeboral Kola Superdeep.

Di babak awal film kita akan melihat berbagai interaksi yang dilakukan oleh Anya dan Timnya dengan situasi yang terjadi di situs pengeboran tersebut. Kita juga tentunya akan melihat bagaimana kondisi dari situs tersebut. Cukup mengejutkan bagi saya saat mendapati bahwa film ini memiliki pace  yang sangat amat lambat, bahkan di babak awal kita tidak mendapati hal-hal baru selain berbagai pertengkaran yang seharusnya tidak ada dan terlalu sepele. Bahkan saya sendiri tidak begitu mendapatkan informasi lebih mengenai wabah apa yang terjadi di situs pengeboran tersebut. Minimnya informasi dan pace yang sangat lambat tersebut, mungkin akan membuat sebagian penonton merasa bosan, karena barulah di babak kedua alias pertengahan kita akan disuguhkan penampakan orang yang terinfeksi oleh wabah tersebut.

Di babak dua dengan munculnya konflik baru, yaitu penyintas yang terinfeksi, saya sendiri berharap bahwa konflik ini akan memuncak. Tentunya kita juga akan mendapati visual effect yang patut diacungi jempol, karena saya sangat akui bahwa visual effect dan body horror nya sangatlah bagus dan mungkin adalah hal yang paling menonjol dalam film ini dibandingkan alurnya. Namun sayang, dengan konflik yang mulai memuncak ini, alur dari The Superdeep tetap tidak berjalan kemana-mana, bahkan saya sendiri bingung sebenarnya Anya dan timnya ini ingin ngapain di dalam situs tersebut. Pengembangan alurnya pun terasa mandek, tensi yang diberikan tidak berkembang dengan baik pula, bahkan pengembangan karakter di film ini pun ikut tidak kemana-mana sehingga membuat mereka seperti karakter yang tidak memiliki dimensi alias seperti kertas putih. Kemudian barulah pada babak akhir yang mana tersisa sekitar 20 menit durasi, film ini berhasil menarik perhatian dan memberikan tensi yang seharusnya sudah tersaji sejak babak kedua.

Untuk ukuran sebuah film yang memiliki karakter militer di dalamnya, tidak hanya satu atau dua orang, bahkan satu tim yang mungkin lebih dari lima orang, film ini tidak memberikan aksi tembak menembak yang banyak. Bahkan sosok monster yang hadir pun terkesan sangat nanggung, karena dengan visual effect yang sangat bagus, film ini tidak berhasil mempergunakannya dengan baik. Memang kita bisa melihat sepintas mengenai monster yang hadir, dan mengingatkan saya pada film pendek garapan Neill Blomkamp, Zygote (2017). Namun kita tidak dapat melihat secara jelas monster tersebut, meski saya akui memang cukup cerdik untuk tetap membuat monster tersebut tidak begitu jelas untuk membuat para penonton membayangkan betapa mengerikannya monster tersebut. Namun, entah mengapa eksistensi monster tersebut terkesan nanggung karna hadir pada menit-menit terakhir saja, jika saja sudah diberikan sedikit demi sedikit mengenai eksistensi monster mengerikan ini pada babak kedua, mungkin kehadirannya akan lebih menggebrak. 

Saya sendiri sedikit terganggu dengan hubungan antar karakter yang hadir di The Superdeep ini, karena mereka sendiri disajikan sebagai karakter yang bukan tiga dimensi namun pada akhirnya memiliki sebuah ikatan yang cukup dalam, contohnya tiba-tiba kita disuguhkan romansa Anya dengan salah satu anggota militernya yang mana datang dari entah mana, karena sebelumnya saya tidak melihat hubungan mereka. Bahkan, Anya sendiri digambarkan sebagai sosok yang cukup dingin dan tak banyak interaksi dengan karakter-karakter lainnya. Sehingga saat ikatan romansa yang terjadi antara Anya dan karakter tersebut muncul, terasa sangat janggal dan aneh, karena film ini sendiri tidak mendapatkan pendalaman karakter yang baik. Terlebih lagi, kita tidak mendapati informasi jelas mengenai wabah yang menjadi alasan utama para tim tersebut turun ke pengeboran Kola Superdeep ini, bahkan hal tersebut seperti terlupakan. Banyak tujuan-tujuan para karakter yang sedikit terlupakan di film ini dan tertutup oleh berbagai hal lain, sehingga film ini nampak kabur dalam menunjukkan apa sebenarnya tujuan utama yang melandaskan tindakan karakter-karakternya.

Meskipun begitu, film The Superdeep ini memang tidak jelek-jelek amat, bahkan saya sendiri mungkin akan berkata film ini biasa saja namun memang tidak memuaskan. Karena mengusung genre Sci-fi Horror, seperti film Sputnik (2020) yang mana sukses dipasaran, sehingga banyak yang cukup optimis dengan film ini termasuk saya, namun pada akhirnya tidak mendapatkan kepuasan yang sama seperti film Sputnik. Premis yang dihadirkan sangat menarik dan bahkan lokasinya pun sangat bagus untuk dijadikan tempat menebar terror. Scoring yang hadir dalam film ini pun bagus dan memang mampu memberikan tensi atau ketegangan, namun memang tidak begitu memiliki pengaruh besar karena alurnya pun tidak jalan kemana-mana dan terasa mandek. Potensi yang sangat besar dimilik oleh The Superdeep pun akhirnya tidak tersajikan dengan matang, meninggalkan The Superdeep dengan berbagai macam plot hole dan dangkalnya jalan cerita. Pada akhirnya, The Superdeep hadir sebagai film horror sci-fi dimana memiliki Visual effect dan body horror yang menakjubkan namun jalan ceritanya tak semenakjubkan visual effectnya.

Rating


45%

 

 

Komentar