Review: Frankenstein's Army (2013)


Film ini menceritakan tentang sekelompok tentara Rusia yang tengah menyelidiki dan mencari kawan mereka setelah mendapati sebuah panggilan radio dari mereka. Namun apa yang mereka temukan ternyata lebih mengerikan dari yang diduga. Sekelompok mayat hidup yang dibalut berbagai macam mesin layaknya robot, menyerang mereka dengan sangat brutal. Mereka pun akhirnya terpaksa untuk bertahan hidup sekaligus mencaritahu apa yang sebenarnya terjadi di tempat tersebut.

Awalnya saya tengah mencari film horror found-footage, karna memang sudah sangat jarang saya menonton film bergenre itu. Kemudian saya melihat salah satu kawan saya memposting mengenai film ini, dan akhirnya saya memutuskan untuk menontonnya setelah melihat cukup banyak komentar bagus mengenai film ini. Dan akhirnya dengan ekspetasi yang cukup besar, saya memutuskan untuk menonton film garapan Richard Raaphorst ini.

Film ini sendiri memperkenalkan kita pada anggota tentara Rusia tersebut yang terdiri dari sang ketua Novikov (Robert Gwilym), Sascha (Luke Newberry), Sergei (Joshua Sasse), Vassili (Andrei Zayats),  Ivan (Hon Ping Tang), Alexei (Mark Stevenson), dan sang kameramen --Dimitri (Alexander Mercury), yang akan menjadi pemandu kita dalam mengikuti perjalanan para tentara ini menyusuri kengerian dari peperangan. Film arahan Richard Raaphorst ini memang nampak ingin kita benar-benar mengikuti perjalanan para tentara ini di medan perang yang kemudian terjebak dalam situasi yang benar-benar mengerikan. Beruntung sekali film ini memegang teguh found-footage nya, karna beberapa film found footage menggunakan kamera normal seperti film pada umumnya, yang mana saya selalu berfikir bahwa film tersebut tidak akan sepenuhnya dianggap sebagai film found footage. Ambil saja contoh dari film The Pyramid (2014), yang hanya menggunakan teknik found footage di awal film saja, yang mana tentunya membuat saya kecewa. Namun sangat beruntung saya mendapati bahwa film ini sepenuhnya menggunakan pengambilan gambar found footage.

Film found footage sendiri memiliki sebuah ‘keunggulan’ dibandingkan film lain, terutama yang bergenre horror. Film found footage bergenre horror cenderung cukup mudah untuk membuat para penonton percaya atas film yang tengah mereka tonton, ambil saja contoh film Cannibal Holocaust atau Blair Witch Project, yang mana memang pada saat itu found footage sangatlah jarang digunakan. Namun, seiring berjalannya waktu semakin banyak film yang mengambil found footage sebagai sub-genrenya, sehingga kemungkinan besar orang-orang tidak akan mudah percaya dengan film bergenre sama. Saya sendiri menemukan beberapa film found footage yang hanya bermodalkan shaky cam untuk menakut-nakuti penontonnya tanpa memberikan alasan kepada penonton mengapa mereka harus takut. Film Frankeinstein’s Army ini nampaknya tau apa yang harus dilakukan demi mewujudkan apa yang menjadi tujuannya, membuat para penonton takut dan ngeri.

Richard Raaphorst selaku sutradara sudah memiliki misi untuk menonjolkan sosok monster mengerikan karyanya dalam film ini, sehingga bagi saya hal tersebut sudah sukses diwujudkan oleh film ini. Dengan atmosfer yang cukup dark namun masih diselingi beberapa candaan yang dilontarkan oleh para karakternya, film ini nampak sudah menyiapkan senjata utamanya untuk para penonton. Di awal kita sudah mengikuti tentara-tentara Rusia ini dalam medan perang, kemudian saat mereka dihadapkan pada monster yang mereka sendiri tidak siap untuk hadapi, seluruh tensi dari film tersebut langsung meningkat. Kita sudah diperlihatkan pada monster tersebut dan apa yang mereka bisa lakukan, dan tentunya hal tersebut tidaklah akan menjadi sesuatu yang spesial bagi para tentara tersebut. Richard Raaphorst pun seperti sudah menjelaskan secara terang-terangan menujukkan apa yang ia ingin suguhkan dalam film ini lewat pertemuan pertama para tentara dengan monster mengerikan tersebut, monster tersebut dan gore nya. Saya akui bahwa monster yang disuguhkan oleh Richard Raaphorst dalam film nya ini sangat menakutkan dan unik, bahkan design nya pun sangatlah keren namun tidak menghilangkan rasa menakutkannya yang dibawakan oleh para monster tersebut. Sekilas saya tiba-tiba teringat oleh game Silent Hill yang juga memiliki monster yang sangat mengerikan. Monster yang dibuat dalam film ini seakan-akan menggabungkan dan merealisasikan apa yang akan terjadi jika kita membuat Robocop atau Terminator namun menggunakan mayat yang dihidupkan.

Suara langkah kaki atau dentingan besi yang dihasilkan oleh monster-monster tersebut menjadi sebuah penanda bahwa adegan selanjutnya tidak akan indah dan tentunya penuh darah. Saya sendiri terkadang merasa was-was saat sudah mendengar suara-suara dari monster tersebut atau keheningan yang tiba-tiba muncul, karna selanjutnya kita akan disambut oleh monster tersebut. Tak hanya monster yang menyeramkan, film ini juga menyajikan gore yang cukup menyegarkan mata. Untuk apa sosok monster mengerikan muncul tanpa adanya gore sebagai penyedapnya? Untungnya di film ini kita akan disajikan gore yang cukup banyak dengan melihat berbagai karakter dibabat habis oleh para monster mengerikan tersebut. Saya sendiri sangat bersyukur dengan minimnya CGI dan Practical effect yang mendominasi film ini, sehingga kesan realistisnya semakin meningkat dan tentunya hal tersebut menjadi poin plus bagi film ini.

Mari kesampingkan visual para monster dan gore yang menyegarkan mata. Mengingat film ini adalah sebuah film found footage maka para penonton tentunya jangan kaget dengan penggunaan kamera yang bergoyang kesana kemari, dan mungkin yang sudah biasa menonton film bergenre ini takkan aneh akan hal tersebut. Saya sendiri merupakan salah satu yang sudah terbiasa dengan penggunaan kamera tersebut, meningat beberapa tahun yang lalu saya adalah fans berat genre ini --masih pula sampai sekarang. Dalam film ini tentunya kita akan mendapati kamera yang kerap bergoyang-goyang karna karakternya pun lari-lari. Namun, saya sendiri mendapati salah satu hal unik, penyajian kamera dalam film ini seperti sebuah Game First Person Shooter atau FPS. Film ini nampak tidak ingin mengkaburkan visual dari para monsternya dan membiarkan para penonton untuk menikmati sosok monster tersebut, sehingga saat monsternya muncul kameranya tidak akan goyang-goyang namun menyoroti sosok monster tersebut layaknya kita yang tengah menghadapi mereka dan tentunya menyoroti betapa mengerikannya monster tersebut. Namun, saya sendiri cukup merasa terganggu dengan bagaimana beberapa adegan diambil oleh kameranya, karna saya sering mendapati film ini yang tiba-tiba fast forward atau meng-cut beberapa scene nya dengan cepat, sehingga saya sendiri merasa cukup mual dan kebingungan akan hal ini. Hal ini pun termasuknya bisa sering ditemukan dalam film ini yang mana membuat saya cukup kecewa dengan penyajian seperti ini, karna tak hanya menghadapi kamera yang bergoyang, kita juga akan mendapati adegan yang tiba-tiba dipercepat sekian detik atau tiba-tiba dipotong.

Saya sendiri mengakui bahwa film ini memiliki alur atau jalan cerita yang sebenarnya tidak begitu kuat dan kesannya cukup berantakan. Beberapa dialog yang dilontarkan oleh film ini terkesan cheesy dan awkward, alurnya pun terkesan terburu-buru, tidak ada pula pembangunan alur yang cukup kuat di awalnya, sehingga saat kita diperkenalkan kepada dalang di balik seluruh monster mengerikan tersebut, entah mengapa kesannya menjadi biasa saja, terlebih lagi plot twist yang disajikan seperti tidak menggebrak dan berakhir flat saja. Malah saya seperti lebih senang melihat sosok-sosok monster ini dan melupakan alurnya yang sebenarnya tidak begitu kuat tersebut. Namun, saya sendiri merasa Richard Raaphorst memang membuat film ini untuk memperlihatkan betapa indahnya monster hasil karyanya, dan saya sendiri berhasil terhibur.

Pada akhirnya, film Frankenstein's Army berhasil membawakan cukup banyak monster mengerikan nan indah dan gore yang ikut bertebaran disana-sini. Sosok monster yang ditampilkan dalam film ini pun sangatlah mengerikan dan penggunaan kamera bergaya found footage dalam film ini pun tidak mengurangi keindahan film ini, melainkan membuat tensi dalam film ini semakin tinggi dengan terus menerusnya kita diorot kepada sosok monster tersebut. Namun, jalan cerita yang kurang kuat dan terkesan kosong menjadi sebuah kekurangan besar dalam film ini, namun jika kita kesampingkan jalan cerita yang tidak memiliki pondasi yang kuta ini dan hanya berfokus pada monsternya saja, mungkin kita akan mendapati film ini sebagai sajian yang indah dan menegangkan. Namun tentu saja Frankenstein's Army berakhir menjadi film dengan visual indah namun alur yang tidak kokoh.

Rating


55%

Komentar