Review: The Ninth Passenger (2018)




Sekelompok pemuda-pemudi berpesta di sebuah kapal mewah. Namun, pesta yang seharusnya menjadi menyenangkan tersebut, seketika menjadi menakutkan. Saat kapal tersebut hampir menabrak pulau misterius, sesosok penumpang kesembilan datang meneror mereka dan mengancam nyawa mereka satu persatu. Pada akhirnya mereka berusaha untuk menyelamatkan nyawa mereka dan membongkar misteri pada kapal mewah yang mereka tumpangi.

Mungkin inilah salah satu dosa terbesar saya, yaitu menonton film ini sampai selesai. Sebenarnya saya sendiri tidak memiliki motivasi yang bagus untuk menonton film ini, akhirnya memilih "Cinta Laura" sebagai motivasi saya untuk menonton film ini. Dimana itu merupakan kesalahan terbesar saya. Dan setelah menonton film ini, saya ingin cepat-cepat mengubur diri saya sendiri, malu atas keputusan saya.

Film ini sendiri merupakan film horror yang low budget namun memiliki cerita yang budgetnya lumayan tinggi. Jujur saja, opening dari film ini adalah satu-satunya yang menurut saya bagus. Kesananya saya hanya angkat tangan sambil geleng-geleng saja. Sebenarnya saya sendiri tidak punya masalah dengan film horror yang low budget, contohnya Paranormal Activity, Blair Witch Project dan lain-lain. Namun, untuk film ini saya benar-benar speechless.

Bagi yang ingin menonton mungkin saya sarankan untuk kubur dalam-dalam keinginan itu dan segera putar balik, kecuali kalian cuma kepo sama Cinta Laura seperti saya, ambil resikonya. This movie is a comedy not a horror. Saya akuin kalau film ini sebenarnya punya cerita yang berpotensi akan menarik. Sekelompok pemuda pemudi yang terombang ambing di kapal mewahnya dan tiba-tiba dibunuh satu persatu oleh sosok mengerikan. Well, that's a great story. Tapi kenyataannya tidak sesuai ekspetasi.

Seperti yang saya katakan di atas, film ini sebenarnya memiliki potensi menjadi film yang menarik jika digarap benar-benar. Bahkan saya merasa sayang dengan ceritanya yang disia-siakan seperti itu saja. Dialog dalam film ini pun sangatlah buruk dan mungkin bisa menjadi stand up comedy dadakan disini. Saya sendiri menonton ini dengan teman saya dan sepanjang film kami hanya menertawakan dialog-dialog yang terkesan buruk itu. Film yang seharusnya horror malah berubah menjadi komedi dalam sekejap. Bahkan film inis ebenarnya memiliki genre Actin juga, yang mana saya tidak menemukan adegan Action di film ini, hanya orang memakai senjata numpang lewat saja, atau memkul monster yang enggak keliatan.

Jangan terlalu berharap pada jumpscare di film ini, suara keras adalah senjata utama mereka untuk menakut-nakuti kita dengan sesuatu yang tidak ada. Memang ada monster di film ini, yang mengingatkan saya dengan monster di seri Stranger Things namun versi budget pas-pasan. Bahkan penampakan monster di film ini yang seharusnya dinanti-nantin malah menjadi membosankan. Pebampakan yang shoot nya kerap diulang-ulang seperti benar-benar kurang budget banget. Bahkan saya sendiri tidak mengerti untuk apa monster itu hadir jika hanya dijadikan orang yang numpang lewat saja. 

Jangan tanyakan akting di film ini pada saya. Saya hanya hisa geleng-geleng kepala saja melihat mereka berusaha akting sebaik mungkin dengan naskah yang amat buruk, disertai dialog-dialog yang ngaco. Mungkin hanya satu orang yang menurut saya lumayan aktingnya. Jesse Metcalfe berusaha sebaik mungkin untuk berakting di film ini, dengan dialog yang buruk, dan saya acungkan jempol karna mungkin saya hanya bernapas lega saja ketika melihat dia akting dengan lumayan.

Misteri-misteri yang seharusnya dikuak dalam film ini malah menjadi sampah yang berserakan dimana-mana. Banyak sekali plot hole di film ini, dan sebenarnya mungkin jika film ini fokus pada misteri akan lebih bagus ketimbang memaksakan monster yang low budget dengan scene yang diulang-ulang saja. Namun sayang, sang sutradara nampaknya terlalu ambisius untuk menampilkan monster dan bunuh-bunuhan yang malah menjadi hal paling negatif di film ini. Jujur saja, saya selalu berhatap karakter di film ini cepat mati, karna kebodohan mereka sendiri tiada tandingannya.

Saya sendiri berusaha sebaik mungkin untuk menulis review ini tanpa misuh-misuh, dan ternyata tidak bisa. Dimana waktu ku yang satu jam dihabiskan menonton film ini. Dan bodohnya lagi saya stay sampai habis gituh meski sudah tau film ini bagaimana wkwkwk. Entah berapa kali saya ngelus dada sembari menyesali keputusan saya untuk menonton film ini sampai selesai, karna horror yang saya harapkan malah jadi komedi. Apa sih yang saya harapkan dari film ini.

Death scene di film ini sama sekali tidak menarik, bahkan hambar, dan saya kerap bicara dalam hati "loh kok dia mati? Udah gitu doang?" bahkan kita sendiri tidak melihat death scene di film ini, karna memang saat salah satu karakter bakalan mokad, langsung dialihkan kameranya. Jadi kita diharapkan memakai imajinasi kita saat melihat salah satu karakter mengambang bagaikan plastik di atas air, apa yang terjadi? 

Sampai ending pun saya berharap sesuatu yang indah terjadi, bukan komedi-komedi macam ini. Tapi, kenyataannya endingnya pun flat sekali, malah anjlok. Meski ekspetasi saya sudah diturunkan, namun tetap saja saya butuh obat tetes mata setelah menonton film ini. Bagi yang ingin nonton film ini, saya harap kalian segera putar balik secepat mungkin, kecuali kalian hanya ingin tertawa bersama film ini ya silahkan.

Rating
15%

Komentar

  1. Gw abis nonton barusan sampe abis penasaran sama cinta laura,tapi gw mikir mana cinta laura knpa gitu doang knp mati nya gitu aneh sih tiba2 penyunting ahir ajah astagaaaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkwk emang filmnya rada-rada memusingkan gara-gara pemotongan scene nya engga jelas

      Hapus

Posting Komentar