Review: I Trapped The Devil (2019)




Matt (AJ Bowen) dan sang istri, Karen (Susan Burke) menghabiskan waktu natal mereka dengan mengunjungi saudara lelaki Matt, Steve (Scott Poythress). Niat mereka yang baik tersebut berujung menjadi mengerikan, dikala Steve yang tiba-tiba mengusir Matta agar tidak menetap di rumahnya. Pada akhirnya, Steve pun bercerita bahwa ia telah mengurung Sesosok iblis di ruang bawah tanah rumahnya. Matt dan Karen pun tidak tau apakah mereka harus percaya pada Steve saat menemukan beberapa benda yang mencurigakan di rumah Steve. Apakah di balik pintu tersebut ada sesosok ibliss atau manusia biasa?

I Trapped The Devil merupakan film yang kembali membuat saya berkata "What the hell is going on.". Dengan atmosfer mencekam yang bersiap-siap mencekik di awal film, mungkin akan menjadii sebuah peringatan bahwa film ini akan bermain-main dengan atmosfer. Benar saja, I Trapped the devil tidak menyajikan sosok monster yang mondar-mandir mencoba memangsa, tapi menyuguhkan Monster itu sendiri dari cerita mulut ke mulut. Tentunya, I Trapped The Devil adalah film yang akan kembali bermain dengan pikiran kita tentang nyatanya sosok Iblis yang Steve deskripsikan di rumahnya.

Tanpa jumpscare, dan hanya bermodalkan atmosfer creepy dan bahkan shoot televisi yang kerap menampilkan statis pun menambah creepy-nya film ini. Di awal film sendiri saya sudah yakin bahwa pikiran saya bakalan di obrak-abrik sama film ini, tentu saja benar, saya dibuat cukup kebingungan untuk benar-benar masuk mengikuti film ini. Film ini seperti benar-benar menaruh apa yang membuat penonton tidak nyaman. Dari cara mereka mengobrol, tata pencahayaan, latar nya, suasana. Saya sendiri tidak perlu sosok monster untuk benar-benar menakuti saya atau membuat saya deg-degan, melihat Steve yang kerap kali kebingungan dan was-was saja membuat saya ikutan was-was.


Alur I Trapped The Devil sendiri cukup simpel, 'visiting gone wrong'. Dengan latar natal, membuat film ini bertambah ngeri. Dekorasi-dekorasi lampy natal yang berkerlap-kerlip berubah warna, membuat atmosfer semakin menegangkan. Film ini juga memiliki alur yang cukup lambat, namun alur yang cukup lambat itu kembali menaburkan rasa distrubing dan membuat kita tak nyaman untuk benar-benar duduk diam menontonnya. Mungkin bagi sebagian orang akan merasa bosan dengan film ini, dan mungkin akan berkata "apa sih film ini?". Ya, karna ini bukanlah seperti film horror yang banyak beredar di pasaran. 

Jika saya katakan distrubing, film ini tidak menyajikan banyak adegan berdarah, meski ada namun tidak begitu explicit. Film ini benar benar memiliki tampilan dan suasana yang cukup distrubing. Entah itu bagaimana hubungan antar karakter yang sepertinya penuh kecanggungan dan ketidakpercayaan, benda-benda di rumah Steve yang mencurigakan, dan suara di ruang bawah tanah milik Steve. Josh Lobo sebagai sutradara mampu menaruh rasa tidak nyaman sepanjang film ini, dan rasa tidak nyaman ini bakalan bikin kita sendiri mungkin berhenti nonton karna memang membingungkan.

Namun film ini seperti terlalu lama untuk benar-benar sampai di permasalahannya. Memang film ini termasuk Slow-Burning, tapi entah mengapa saat kita sudah mencapai permasalahan yang ditunggu, apa yang diharapkan tidak begitu sesuai, alurnya pun menjadi cukup membosankan, bahkan saat hendak mencapai puncak permasalahan entah mengapa terasa sedikit datar, sehingga kita seperti tiba-tiba di tarik dengan cepat ke klimaksnya.

Overall, film ini merupakan film slow-burning yang tidak menampilkan monster, melainkan hanya berpegangan pada atmosfer mencekam dan sentuhan-sentuhan pada latarnya yang menambah kesan mengerikan. Pemainnya pun memainkan peran yang sangat baik, penampilan memukau dari AJ Bowen pun sangat membuat saya terkesima, dia dapat menjadi karakter yang benar-benar menjadi penuntun sepanjang kegilaan film ini. Namun, film ini sedikit kehilangan pegangan saat mencapai inti persoalan  yang dihadapi, dan saat akan mencapai klimaks entah mengapa sedikit goyah, namun tidak merusak klimaks nya pula. 

I Trapped The Devil menjadi sebuah wahana yang entah kalian benci atau kalian cintai. Namun saya pribadi puas dengan film ini, apalagi saat ending yang entah bagi saya sendiri sangat distrubing dan membuat kepala saya dipenuhi oleh banyak pertanyaan-pertanyaan. Dan jangan lupakan suara di balik pintu tersebut, merinding saya!

Rating

Komentar