Review: I Am Mother (2019)


Seorang gadis (Clara Rugaard) diasuh dan dibesarkan oleh sebuah robot yang dipanggil 'Mother' (Rose Byrne). Mereka hidup terisolasi dan hanya berdua saja. Sepanjang hari Mother mengajarkan sang anak beberapa hal, Mother juga bercerita betapa berbahayanya dunia luar, sehingga sang anak tidak boleh keluar sama sekali. Namun, suatu hari, seorang wanita (Hilary Swank ) yang terluka memohon untuk masuk ke dalam tempat tinggal sang gadis. Misteri demi misteri mulai muncul saat sang Wanita itu tinggal, Hubungan sang gadis dengan Mother menjadi renggang. Siapakah yang harus dipecaya, sang Wanita dari luar atau Mother yang telah mengasuhnya sejak kecil?

Jujur, ini adalah film yang paling saya nanti saat berita dan trailer film ini rilis. Entah kenapa  saya sangat tertarik dengan traier dan sinopsisnya. Berhubun saya sedang mencari sebuah film horror yang sedikit berbeda dari film yang sedang tenar belakangan ini. I am Mother menjadi pelarian saya.

Untuk sebuah film horror, mungkin banyak yang bertanya-tanya 'dimana sih bagian horror film ini?' karena horror sendiri bukan berpegangan pada monster dan hantu. I am Mother sendiri memberikan pengalaman menyeramkan yang baru, dengan menjadikan rasa percaya dan ketidaktahuan menjadi ancaman terbesar di film ini. Siapa yang harus dipercaya disini? Orang baru yang sudah melihat dunia di luar saat kamu diam di tempat terisolasi ataukah robot yang mengasuhmu sejak lahir dan selalu memberikan pengetahuan padamu tentang segala hal tanpa mengajakmu keluar dari tempat terisolasi itu. I Am Mother benar-benar memberikan sebuah ketegangan yang lumayan ampuh.

Di Awal film, kita cukup diberi sebuah pengenalan mengenai hubungan antara Mother dengan Daughter, dan dari situ kita mungkin sedikit tau apa saja peran Mother sepanjang film ini, kita juga bisa tau seberapa kedekatan dia dengan Daughter. Sepanjang pengenalan itupun kiat tidak dibuat bosan, karena kita pun dikenalkan pada latar film itu dan dijelaskan mengapa mereka tinggal di sana. Untuk sampai pada awal permasalahan di film ini tidak lah terlalu lama, hampir pertengahan kita sudah di datang kan The Woman, Wanita yang meminta pertolongan dari luar. Film ini pun mengemas dengan baik setiap hubungan sang tokoh utama dengan kedua karakter tersebut, bagaimana setiap konflik tersebut diperlihatkan, bagaimana film ini benar-benar mengemas kegundahan karakter utama. Bahkan kita tidak begitu dicondongkan pada hubungan salah satu karakter saja.

The Woman yang terlihat trauma saat melihat Mother pun menjadi sebuah tanda tanya besar yang mungkin akan menggiring kita untuk berpikir yang macam-macam. Memang film ini akan membuat kita berpikir macam-macam, dari dugaan demi dugaan. Karena konfliknya memang penuh dengan misteri dan tanda tanya, sehingga sepanjang film ini kita sangat menantikan saat-saat ketika misteri itu mulai terkuak. Alurnya pun tidak lambat dan tidak terlalu cepat juga. Kita benar-benar diberikan porsi yang pas untuk masing-masing karakter, sehingga kita bisa saja menaruh hati pada salah satu karakter tersebut. Film ini juga tau kapan waktu yang tepat untuk menata scene sedemikian rupa sehingga kita tidak kehilangan ketegangan dan alurnya.

Untuk atmosfernya sendiri, saya sangat salut. Karena kita diberikan sebuah atmosfer yang penuh dengan misteri yang awalnya sedikit namun menjadi banyak. Sepanjang film, kita akan disuguhkan banyak pertanyaan, semakin banyak durasi yang lewat, semakin menumpuk pula pertanyaan dikepala kita. I Am Mother memang benar-benar gila memainkan rasa percaya kita, bahkan saya sendiri sempat kebingungan untuk menentukan siapakah yang jahat siapakah yang baik, semuanya terlihat samar, bahkan bisa saja mereka semua baik dalam sudut pandang mereka masing-masing. Namun tentu saja, mereka kerap kali membuat sang tokoh utama kita kebingungan untuk menentukan siapa yang harus ia percayai, dan itulah  apa yang disuguhkan oleh film ini.

Clara Rugaard bermain dengan sangat apik disini, dia mampu menyalurkan apa yang sang tokoh utama alami. Ia mampu memberikan suasana yang menegangkan dan meyakinkan seluruh penonton bahwa dia sedang terombang ambing rasa percayanya. Rose Byrne yang hanya 'menyumbangkan' suaranya saja dapat membuat saya merinding, suaranya saat memanggil 'Daughter' sudah bikin saya langsung tegak dari kursi, apalagi saat melihat Mother berlari saya langsung deg-degan minta ampun, tanpa wajah pun Rose Byrne mampu menyalurkan karakternya dan menjadi senjata utama kengerian di film ini selain atmosfer yang membuat bingung. Hilary Swank? Jangan tanya bagaimana dia bermain di film ini, dia sangat mampu membuat kita berpaling dari Mother, mampu memberikan kita rasa bingung dan ragu, apakah The Woman (Hilary Swank) merupakan bantuan atau ancaman.

Tidak hanya atmosfer misterius yang kuat, film ini juga menyuguhkan visual yang benar-benar menarik dimata. Latar dan Robotnya benar-benar apik, saya sendiri terpukau dengan suguhan visual dari film ini. Tata pencahayaannya pun pas sekali sehingga menambah atmosfer misterius dan unsur Sci-Fi yang sangat kental. Penataan suaranya pun sangat pas, tidak ada musik keras yang mengganggu pendengaran.

Overall, mungkin ini akan menjadi salah satu film horror favorit aku di tahun 2019, Seluruh aspek dari film ini pun sudah sangat pas. Bagaimana menaruh unsur horrornya yang tanpa monster seram tapi tetap bisa mengancam, konflik antar tokoh yang benar-benar sesuai porsinya. Penataan latar dan cahaya yang apik. Dan jangan lupakan alur yang dipenuhi oleh misteri, sehingga sampai ending pun saya sempat kebingungan dan akhirnya mengerti setelah sedikit mengulang beberapa scene. Mungkin akan saya katakan I Am Mother salah satu film horror yang kembali menguras otak dan emosi saya. Lagi pula tentu saja akan menyeramkan bukan ketika kita dikejar oleh robot.

Rating
95%

Komentar

Posting Komentar