Review: The Ritual (2018)


 "My old scoutmaster used to say 'If the shortcut was a shortcut, it wouldn't be called a shortcut, it would be called a route'."




Menceritakan sekelompok pemuda yang bereuni dengan cara melakukan perjalanan ke dalam hutan. Namun ternyata mereka tidak sendiriran dalam hutan tersebut, ada hal misttis yang mengikuti mereka, serta monster yang menyerang mereka dalam kegelapan. Akhirnya mereka pun mencoba untuk bertahan hidup dari kejaran monster yang sama sekali tidak mereka ketahui sosoknya. Apakah mereka akan berhasil?

Film ini dibuka dengan rencana untuk melakukan pendakian di bukit dan melalui hutan. Namun ada sebuah insiden yang terjadi, Luke (Rafe Spall) melihat kawannya yang mati, ia pun membungkam dirinya atas kematian sang kawan dan menyalahkan dirinya sendiri. Ia pun mengiyakan ikut reuni dengan mendaki dan berpergian ke hutan dengan harapan bisa melupakan insiden mengerikan itu. Bagi saya, film ini dibuka dengan cukup baik, kita langsung dihadapkan pada permasalahan yang dihadapi oleh sang tokoh utama, namun tidak langsung memberikan semua porsisr kengerian di awal.

Alur film ini bisa terbilang tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Sang sutradara mampu membangun esunyian hutan, dan terror secara perlahan namun maksimal. Bahkan kita seperti menaiki roller coaster saat melihat film ini, sang sutradara terkadang hanya memberikan kesunyian dan para tokoh yang kebingungan atas segala terror di hutan. Dengan tidak menampakkan sosok yang mengancam nyawa mereka, film ini malah semakin membuat ketegangan naik. Scene saat di rumah tua pun cukup menyeramkan, bahkan tanpa sosok mengerikan pula, hanya patung jerami besar.



David Bruckner, sangat sukses untuk membawa kita menjelajahi hutan yang sangat amat tidak aman. Bahkan kita tidak tau, apakah sang hutan yang mengambil nyawa ataukah sang penunggu tanpa sosok yang mengambil nyawa? Jujur saja, tanpa sosok monster yang terlihat, hanya permainan suara dan pencahayaan, David Bruckner sepertinya tau apa yang seharusnya ia lakukan untuk membuat kita kalang kabut. Saya sendiri sampai gregetan menonton film ini, "Apaan sih anjir anjir itu dibelakang sana apaan!!!" Jujur saya pun sangat gemas dengan film ini, karna David Bruckner sama sekali tidak memperlihatkan sosok yang mengancam nyawa, sedikit pun tidak, kita hanya diberi "mahakarya" Sang monster.

Pada pertengahan akhir, saya langsung disuguhkan sebuah kenyataan pahit atas apa yang sebenarnya di hutan tersebut, dan ada apa sebenarnya. Bagaikan disuguhkan secangkir teh yang terlihat hambar, namun saat diminum terasa manis, itu yang saya rasakan. David Bruckner sangat piawai untuk menata scene-scene yang pada akhirnya menuntun kita pada kenyataan yang terjadi. Bahkan penantian saya akan sosok yang megancam sepanjang film pun terpenuhi, dan saya lebih senang melihat dia di balik pepohonan, karna dia lebih menyeramkan saat terlihat, saat ancaman sudah di depan mata.  Sepanjang film ini berlangsung, Saya sama sekali tidak merasa bosan atau mengalihkan pandangan sejenak, karna film ini benar-benar bikin saya gregetan. Bahkan saat dimana saya berharap kelegaan, David Bruckner keraap mengembalikan terror itu, semakin mengerikan malah.

Overall, jika kalian pecinta film yang penuh ketegangan, saya sangat merekomendasikan film ini. Namun film ini tidak begitu mengandalkan jumpscare ala-ala, hanya mengandalkan unsur hutan yang mencekam dan monster yang tak tau dimana posisisnya. David Bruckner mampu membawa kita jalan-jalan ke hutan kematian, dan memaksa kita untuk melihat setiap terror tanpa istirahat.

Rating
90%

Komentar