Review: Wish Upon (2017)



 "Hold up, you dig on multiverse?"


Sebenernya aku sendiri pengen banget nonton film ini di bioskop, berhubung waktu sangat padat dan kebanyakan jadwal yang berkaitan sama sekolah. Akhirnya aku untuk kesekian kalinya gagal nonton film horror di bioskop, dan film ini juga cukup cepat di tariknya dari penayangan. kurang tau juga alasannya kenapa.

Film ini langsung di buka dengan adegan yang cukup bikin kita yakin bahwa akan ada banyak bunuh bunuhan di film ini. tentu saja, film ini langsung menampilkan sebuah adegan pembunuhan dan akhirnya lanjut ke dimana si karakter utama remaja. Dengan segala kehidupan remaja nya  yang cukup normal Clare (Joey King) menjalani hidupnya selayaknya remaja lain disamping dengan kehidupannya yang cukup sulit.

Sebenernya film ini cukup klise dengan segala pembullyan yang akan berujung dengan pembalasan dendam sang tokoh utama. Sang tokoh utama sendiri pun akhirnya menemukan sebuah kotak yang dapat mengubah hidupnya 180 derajat sesuai keinginannya namun hanya bisa sampai tujuh permintaan saja. Well... tema ini cukup populer di film fantasy entah itu horror atau tidak. Aku sendiri juga sudah biasa dengan film yang bertemakan hidup yang tiba tiba berubah 180 derajat jauhnya. Tapi, baru pertama juga sih aku liat yang versi horrornya, dan di awal film pun film ini cukup menarik.

Dengan awal cerita yang sudah cukup baik, dengan keinginan sang tokoh utama untuk harapan ini dan itu demi membuat kehidupan menjadi jauh lebih baik. Saya pada saat hampir pertengahan konflik batin antara sang tokoh utama dengan keingannnya yang terus menerus ingin ini dan itu kurang kuat. Bahkan saat Mereka mencari tahu soal kotak itu pun sangat minim dan hanya sebatas cukup tau saja. Dan mengapa kotak itu bisa mengabulkan permintaan dan memakan banyak korban? Bahkan ketika masalah mulai memuncak saat satu persatu orang terdekat sang tokoh utama diambil nyawanya, nothing special about it. Karna kematian mereka juga tidak ada spesialnya. Entah itu emosi sang tokoh utama yang mencoba untuk mebyelamatkan orang terdekatnya, bahkan sang tokoh utama menjadi cukup menyebalkan dan annoying setiap berjalannya waktu.

Jika kalian menginginkan Jumpscare di film ini. Kalian bakalan sangat sedikit menemukannya karna yah... Film ini lebih mengutamakan gore dan korban yang berjatuhan. Bahkan beberapa korban pun  yang notabene dekat dengan sang tokoh utama kurang digali sehingga kita bakalan cukup cuek ngeliat mereka mati. Yang lebih mengerikan dari film ini adalah kemunculan beberapa tokoh secara tiba-tiba. "Kenapa si A ada disini kan tadi enggak ada." banyak banget pertanyaan kayak gituh di otak ku mungkin setiap seseorang tokoh tiba-tiba hadir.

sebenarnya untuk cerita cukup unik. Namun sayang kurangnya penggalian atau kurang padatnya alur membuat film ini seperti cepat habis. bahkan aku juga enggak sadar kalau film ini udah selesai dengan cukup cepat. Untuk akting di film ini cukup bagus dan tidak kaku, yang jadi masalahnya hanyalah alur yang biasa saja dan monoton tidak wow dan biasa saja. Bahkan kita juga bakalan tau kapan si tokoh utama meminta harapannya dan kapan korban berjatuhan lagi.


The Ranting Is
40%

Komentar