Review: Death Note (2017)




"The name and the face is all you have to have."



Seorang pemuda bernama Light Turner ( Nat Wolff ) yang menemukan sebuah buku harian seorang supernatural, di mana buku tersebut memiliki kemampuan untuk membunuh setiap orang dengan mudah hanya dengan cukup menuliskan nama orang di buku tersebut.
Light Turner lalu memutuskan untuk menggunakan buku kematian tersebut untuk membunuh para kriminal serta mengubah dunia, namun terdapat seorang detektif misterius yang bernama L ( Keith Stanfield ) terus melacak dan ingin Light Turner segera mengakhiri terornya.
 
Yah... katakanlah aku salah satu dari penggemar berat Death note, aku mengikuti Death nota dari manga, anime, dan tentunya Live actionnya, Drama jepangnya yang mengecewakan bikin aku enggak lagi percaya dengan film Death note yang baru dan baru lagi. But... ini film sebuah pengecualian, dari dulu aku menanti film Death note ini dari zaman fancast masih ada sampai akhirnya sekarang sudah terlaksana. Tentunya aku langsung buru-buru menonton film ini. Meski aku salah satu fans berat dari Death note aku enggak akan membandingkan film DeathNote ini dengan manga nya atau media lainnya, karena aku anggap film ini adaptasi besar-besaran



 Film Death note ini sendiri sebenarnya terkesan tidak bertele-tele karena di awal film kita sudah disuguhkan Light yang diberikan buku Death note oleh langit, tentunya Light mengambilnya dan scene ini menjadi awal segala malapetaka yang dibuat oleh Light sendiri. Film ini sendiri lebih membawa tokoh Light tercinta ini lebih ke remaja yang mencoba untuk memuaskan hasratnya membunuh para penjahat dan membuat dirinya berkesan dihadapan wanita yang sedang dia incar. Awal kita sudah disuguhkan dengan adegan gore yang membuat saya ingat dengan film Final Destionation, maybe ada sedikit hype dari film tersebut juga. Saya cukup terkesan dengan cara membunuh para korbannya, tidak hanya terkena serangan jantung namun bervariasi. Sayang kekerasan dalam membunuhnya tidak bertahan lama. Film yang ku harap memiliki Gore yang bagus menjadi... Teen Angsty dark romance?

Sejak awal film mulai, kita bisa melihat Light merupakan seorang remaja yang pintar, bagaimana dia bisa dibayar untuk mengerjakan PR dan itu membuat kita semua yakin Light akan menjadi tokoh sentral yang meyakinkan dengan kecerdasannya. Namun, alih-alih menjadi Cerdas, Lama-kelamaan Light seperti tidak seimbang menggunakan kecerdasannya dalam bertindak, Maybe Adam Wingard  juga bingung dalam menata kepribadian Light yang menit demi menit berlalu semakin ceroboh dan menyebalkan. Jangan lupa dengan sang gadis pujaan Light yang malah terlihat lebih condong memikirkan tindakan yang ia lakukan meski terlihat sama berantakannya dengan Light.



Dengan Pace yang menurut saya cukup cepat, film ini tidak mampu memberikan apa yang kita inginkan. Light merupakan orang yang pintar dan L jangan ditanya dia adalah detektif number one di film ini. Aku sangat berharap adanya perang kejeniusan di film ini karna dua tokoh itu sama pandainya. Sayang sekali, ekspetasi ku terlepar jauh jauh dan mungkin terbunuh oleh buku Death notenya itu sendiri. Alih-alih memberikan perang yang kuat, film ini malah menyuguhkan perang angsty yang penuh dengan tangisan dan emosi. Well done Mate. Aku sangat menantikan Ryuk yang diisi suaranya oleh William Dafoe bermain, sayangnya ia memiliki porsi yang cukup sedikit sehingga terbuang sia-sia, aku akui juga Ryuk di sini nyeremin. 

Sebenarnya pengembangan karakter disini jika digunakan dengan maksimal akan menjadi bagus, dengan kemisteriusan Mia yang sehraunya bisa menjadi point yang bagus malah terbuang sia-sia. Saya sendiri jadinya bingung dengan Karakter Mia. Soundtrack yang Try hard banget bikin enggak cocok dengan suasana dan membuat Cringe fest ketika soundtracknya di putar, alih-alih ingin terlihat klasik malah mejadi aneh. Dan ya... Jangan lupa Teriakannya Light, aku engga menyalahkan Natt Wolf yang berteriak nyaring, maybe memang di naskahnya seperti itu dan... menggelikan banget.

Sebenarnya banyak yang bilang film ini white-washing dan i dont care, selama filmnya bagus why not? Sayang banget film nya juga tidak sesuai harapanku dan apa daya banget. Aku tidak terlalu senang dengan Penokohan L yang detektif nomor satu yang tidak bisa mengendalikan emosinya, dan itu annoying banget, bahkan hampir sebanding dengan kelakua Light yang sembrono dalam tindakannya. Dan bisa Saja Light membuat dirinya tertangkap dengan mudahnya akibat kelakuannya. Entah Adam Wingard lebih fokus ke visualisasinya mungkin, sehingga tidak memiliki plot yang kuat dan menarik. Jujur saja sampai hampir di pertengahan saya sendiri merasa bosan karna ya... tidak ada yang menegangkan atau menarik, just some angsty emotion. 

Overall... Film ini terkesan seperi film yang menyia-nyiakan potensi besarnya, sehingga semua potensinya itu menjadi hangus dan ya... hasil nya seperti ini.

The Ranting is
30%

Komentar