Review: Danur (2017)

"Aku bisa apa yang kalian sebut, Hantu"

 
bercerita tentang seorang anak perempuan bernama Risa, di hari ulang tahunnya ke-8, dengan polosnya meminta seorang teman agar ia tidak kesepian lagi.Namun ternyata ibunya, Elly, mulai curiga mendapati anaknya sering tertawa sendirian dan bermain seolah-olah dengan banyak teman. Padahal, Elly hanya melihat Risa bermain sendiri. Elly mencari jalan untuk memisahkan Risa dari sahabatnya yang ternyata hantu. Dengan terpaksa teman Risa pergi dari rumah neneknya dan berpisah dengan teman-temanya.
Cerita  berlanjut 9 tahun kemudian, Risa (Prilly Latuconsina) harus kembali ke rumah tersebut menjaga nenek beserta adinya bernama Riri. Kejadian-kejadian aneh dan gangguan roh halus mulai terjadi lagi. Puncaknya ketika Riri tiba-tiba menghilang. Risa harus mencari dan menyelamatkan adiknya dari hantu jahat yang berencana membawa Riri ke dunia lain. 
 Kalian sendiri mungkin bia prcaya enggak percaya kalau aku baru saja selesai nonton film Danur. Mungkin kalian juga bingung kenapa saya baru nonton film ini sekarang? Jawabannya adalah ... waktu mau nonton film nya enggak ada dulu. Yah, cukup sial juga sih, karena aku juga cukup pnasarn dengan film ini gegara sangat booming banget dimana-mana. Akhirnya pun baru kesampean sekarang, dan aku juga numpang nonton di hape teman.


Danur di buka dengan scene yang menurut saya cukup bikin merinding juga, dengan nyanyian yang dilantunkan oleh Prilly membuat suasana yang sudah dark tambah tegang dan horror. Scene selanjutnya menceritakan Risa yang masih kanak-kanak dan bisa melihat hantu, dia juga berteman dengan tiga hantu anak-anak yang ia tidak sadar bahwa mereka itu hantu. Bisa dibilang memang hantu anak kecilnya pun tidak terlalu menyeramkan, mungkin juga sengaja di buat sefriendly mungkin.

Aku cukup senang dengan nuansa dark dan visualisasi kelam yang diberikan oleh Awi sang sutradara. Saya juga cukup sadar ada sedikit bumbu-bumbu film horror modern di film ini, dan film ini sepertinya tidak ingin terlihat seperti film horror kebanyakannya. Beberapa Jumpscare berhasil membuat saya kaget dan terlonjak dari kursi yang saya duduki. Awi sendiri tidak tanggung-tanggung memberikan dominasi pada nuansa gelap di film ini agar menambah suasana seram yang disuguhkan.

Kekurangan film ini adalah, terlalu banyak suara yang mengageetkan yang dipaksakan. Si tokoh jalan suara keras, tidur suara keras, orang lewat suara keras. Memang itu sebuah trik yang selalu dilakukan untuk membuat penonton terlonjak dari kursinya. Sayangnya penggunaan suara yang berlebihan itu juga terlalu dipaksakan sehingga membuat risih karna tidak bisa menikmati momen-momen yang seharusnya membangun suasana tegang dan mencekam. Make up si nenek yang membuat ku risih, aku sendiri baru menyadari garis keriput si nenek di film ini tidak lurus, bingung juga makeupnya lebih tebal dari hantunya.

Shareefa Danish disini sukses membuat saya merinding, dia cocok diberi gelar Actress of Modern Horror. hanya berbekal tatapannya yang dingin dan gerak-geriknya yang kaku menakutkan, Shareefa sukses menakuti kita tanpa berbicara sepatah katapun. Akting Prilly juga disini bagus dan bisa menyalurkan rasa takut dan panik nya kepada penonton. Sayang beberapa Scene yang seharusnya seram malah menjadil lucu karena kurangnya suasana yang membangun, bahkan aku juga tertawa ketika Prilly menggoyang-goyangkan si nenek nya yang sakit sakitan itu. Beberap Jumpscare tidak terlalu ampuh karena sudah seringnya penggunaan suara keras dan aku hanya terkejut satu kali saja.

dengan durasi 78 menit, durasi yang singkat. Dan bahkan aku sendiri bingung karna film nya cepat sekali selesainya, Bahkan aku pun belum bisa meraasakan apa yang film ini berikan karna terror yang diberikannya terlalu nanggung. Film yang sudah memiliki plot yang bagus namun kurang baik dalam timingnya.film ini sendiri terkesan tanggung dalam memberikan momen menyeramkannya. Disini ketika scene  Risa berada di dunia lain, mengingatkan saya pada film insidious dan suspiria dengan sentuhan warnanya yang mencolok. Di akhir pun menceritakan asal usul Asih yang menurut aku useless, karena Asih sendiri tidak memberikan hint-hint yang memungkinkan untuk cerita masa lalunya.

Overall... Danur merupakan film horror yang kurang memuaskan karna singkatnya durasi dan timing yang tidak bagus dalam menakut-nakutinya. Dengan plot yang sudah baik, seharusnya film ini sudah punya potensi bagus.

The ranting is
40%

Komentar