Review The Crucifixion (2017)


"You Need Protection, Whether you believe or not demons are real"



enggak ada niat untuk nonton film ini ketika saya menginjakkan kaki saya di bioskop. Entah kenapa saya sendiri kurang tertarik dengan film ini. Saya akui saya sama sekali belum pernah menonton trailer film ini, padahal biasanya saya sendiri cukup update dengan film horror. Tapi, akhir-akhir ini kerjaan saya semakin menumpuk dan mungkin itu yang buat saya jarang update lagi.

bercerita tentang seorang Jurnalis wanita bernama Nicole Rawlins (Sophie Cookson) yang menyelediki kasus pembunuhan biarawati yang dilakukan seorang pastor.
Namun, dalam tahap investigasi, pastor itu menyangkal tuduhan tersebut dan mengklaim bahwa biarawati itu meninggal karena ritual eksorsisme.
Semakin Nicole mengenal lebih dekat dengan sang pastor, semakin banyak kejadian yang tidak dapat dijelaskan terjadi. Nicole semakin percaya bahwa pastor itu sedang berjuang melawan iblis.

Based On True Event sebuah iming-iming yng terpampang besar di bagian opening film. Saya sendiri hanya tersenyum kecil melihat sebuah tulisan yang selalu di taruh di awal film hanya untuk meyakinkan sang penoton bahwa film ini benar kejadian nyata dan mungkin untuk menambah suasana takut pada para penonton. Funny. Saya sangat berharap sekali film ini akan menjai film yang play dengan psikologi para penonton seperti yang xavier Gems lakukan di the divide. Entah kenapa harapanku juga tidak terkabul disini. Sebenarnya di awal opening pun sudah dinjanjikan akan mengusung tema tentang iblis dan lain-lain. Meski memang kenyataannya tidak jauh dari kalimat possesion, Entah kenapa agak sedikit melenceng.



Maybe disini bisa dikatakan saya cuup senang dengan tema yang diambil dan atmosfir di film ini cukup dark dan dibuat menegangkan. Saya masih ingat teman saya yang mulai meringis setiap scene nya sudah mulai dark dan hening. Saya sendiri cuku menunggu-nunggu Jumpscare yang di suguhkan oleh film ini. Meski jumpscarenya sudah bisa ditebak kapan, dan itu hampir disetiap scene jumpscare. Karena... Pasti jumpscare di film ini ketika sedang hening dan tiba-tiba muncul suara keras dan gambar hantunya. Aku bisa ingat hanya terkejut di satu secen saja, dan selebihnya saya hanya tertawa melihat temanku yang teriak.

Dengan Jumpscare yang mudah ditebak, sebenarnya tidak membuat film ini jauh dari kata menakutkan. Film ini bisa saja dikategorikan biasa saja dalam hal takut menakuti. Tapi, si karakter anak misterius yang merupakan seorang gipsi juga menambah kesan miserius dan menyeramkannya. Dan bahkan si anak itu lebih menakutkan dari jumpscare yang disuguhkan

Yang saya sangat suka dengan film ini adalah perpindahan scene dari yang satu ke yang lainnya. Entah kenapa aku sangat senang dan melihatnya terkesan puas. Dan bahkan bisa di bilang sinematgrafinya indah, dengan pemandangannya dan lain-lain. Saya juga paling suka ketika pengambilan gambar air hujan setelah klimaks, cukup indah. Xavier Gems memang tidak diragukan dalam hal sinematografinya.

Sayangnya, film ini tidak menampilkan sesuatu yang baru dan bahkan ketika adegan exorcist nya pun terkesan biasa saja, mungkin si buat ingin mendramatsir. Tapi, sayangnya kurang mendramatisir dan bahkan tidak memberikan efek yang mencegangkan saja. Pada bagian klimaksnya pun berakhir cukup cepat dan aku cuma bis abilang  "Hah? udahan?". Dan bahkan biasanya di film yang mengangkat possesion seperti ini akan diberitahu asal muasal iblisnya. Tapi sayang tidak ada penjelasan yang cukup tentag sang iblis di film ini.

The Ranting is
40%

Komentar