Review: Suspiria (1977)


"Bad luck isn't brought by broken mirrors, but by broken minds"


Akhir-akhir ini saya lebih senang menonton film jebolan dari tahun dimana saya sendiri belum lahir. Entah mengapa ketika saya sedag memikirkan sebuah film horror Classic, saya langsung terpikir dan sangat penasaran dengan film garapan Dario Argento yang berjudul Suspiria ini sendiri, Film ini merupakan film karya nya yang terbaik. Saya sendiri sempat mendengar jika film ini bisa membuatmu ketakutan setengah mati. Hmmm.... 

“Suspiria” mengisahkan seorang balerina asal Amerika, Suzy Bannion (Jessica Harper) yang pindah ke Freiburg, Jerman. Di sana ia melanjutkan belajar balet di Tanz Dance Academy. Di malam Suzy tiba, ia melihat seorang gadis berlari ketakutan dari Tanz. Suzy tidak tahu apa yang terjadi. Gadis yang kemudian diketahui bernama Pat Hingle (Eva Axén) tersebut, tewas secara mengenaskan keesokan harinya.
Pat adalah salah satu siswi balerina dari Tanz. Hal itu sontak membuak kaget Suzy yang baru saja pindah ke sana. Kematiannya yang tragis membuat tanda tanya besar; apa yang tengah terjadi di Tanz? 
Tidak ada yang perlu dicurigai di dalam sekolah. Sang kepala sekolah, Madame Blanc (Joan Bennett) dan guru balet Miss Tanner (Alida Valli) nampak sangat ramah. Suzy juga mudah beradaptasi dengan lingkungan dan juga sesama siswi lainnya. Hingga suatu ketika, suara-suara aneh kerap ia dengar. Suara aneh itu meneriakinya dengan sebutan “penyihir.” Kejadian-kejadian ganjil dan mengerikan lantas muncul bergiliran di Tanz.
 
Dari awal film saya sendiri sudah bisa menebak siapakah yang akan menjadi tokoh utama yang akan memecahkan segala misteri di film ini. Mungkin karena terlalu jelas pada openingnya dan itu tidak menjadi sebuah masalah yang lumayan besar bagi saya. Beberapa menit setelah pembukaan, tanpa basa-basi kita langsung disuguhkan oleh Scene yang cukup memorable untuk sebuah adegan terror pembuka. Dan saya sendiri yang notabene tidak terlalu takut denga scene-scene pembunuhan dan semacamnya, entah mengapa kali ini saya ketakutan. 

Saya sendiri sangat suka dengan tata pencahayaan yang di berikan di film ini, entah mengapa tata pencahayaan yang 'ceria' itu membuat film ini terkesan lebih creepy dan menakutkan. Dan untuk tata suara nya, kita akan disuguhkan background music dari band 'Goblin' yang menurut saya membuat nya lebih creepy ditamah dengan tatanan pencahayaan yang 'ceria'. Namun saya entah mengapa saya sendiri sedikt merasa jika background music nya agak mengganggu dan terkadang kurang tepat.

Untuk film ini pastilah mempunyai unsur sadis, namun film ini masih bisa di 'toleran' kesadisannya. Namun tetap saja saya merinding di beberapa Scene dan merasa sedikit ngilu ketika melihat pembunuhannya. Meski darah yang ada di film ini terlihat palsu, saya sendiri memakluminya mungkin agar menambah kesan 'ceria' di film ini.

Bagi saya film ini tidak butuh Jumpscare yang over untuk menakut-nakuti saya, karena saya sendiri sudah ketakutan melihat nuansanya yang 'ceria' itu. Bahkan untuk Jumpscare nya entah mengapa saya sendiri kaget dan ketakutan, karena menurut saya jumpscare nya sendiri cukup scary dan creepy. Meski sang pembunuh tidak begitu jelas dilihatkan, namun tetap saja mengerikan.

Namun, film ini masih bisa di tebak siapakah sang tokoh jahat dan utamanya. Bahkan ketika pengeksekusian klimaksnya, entah mengapa terasa seperti terburu-buru dan feeling yang dirsakan untuk kengerian di klimaks terasa kurang.

Overall Suspiria ini sendiri merupakan horror Classic yang Memorable dan scary. Dan saya sendiri tidak menyesal menotonnya bahkan saya sangat senang.

The Ranting is
92%

Komentar